Remaja minim moral, salah siapa??
Dunia remaja tidak ada habisnya diperbincangkan, sayangnya, saat ini lebih banyak sisi negatif yang mencuat. Seperti yang baru baru ini diberitakan seorang remaja putri ditelantarkan di sebuah gubug di lampung setelah sebelumnya digilir oleh 10 pemuda yang juga remaja. Saat ditemukan korban dalam kondisi trauma berat dari kelaparan (Tribun.com).Tidak hanya itu, kehidupan remaja saat ini identik dengan hura-hura, tawuran , seks bebas, narkoba hingga terlibat kriminalitas.
Mayoritas remaja saat ini bisa dibilang semakin susah dikendalikan. Mereka cenderung melanggar norma dan nilai adab pergaulan. Semaunya sendiri. Apa penyebabnya? Diantaranya tidak lain karena fitnah syahwat menggempur mereka dari berbagai penjuru. Remaja begitu gandrung pada budaya pop. Baik ala Barat maupun yang belakangan ini ngetren, yakni gaya Korea. Benang merahnya sama, memuja kenikmatan duniawi.
Remaja diarahkan untuk cinta kehidupan glamour yang serba bebas. Mereka diarahkan untuk gemar seks dan drugs. Opini gaul bebas di kalangan remaja kian gencar tanpa hambatan. Tayangan pornoaksi dan dan pornografi tak ada matinya terutama di sosial media. Akibatnya gaul bebas yang mengarah pada seks bebas kian populer di lingkungan generasi muda.
Sungguh sangat disayangkan, remaja sejatinya adalah penerus estafet kebangkitan negara, justru dalam keadaan bingung mau hidup kemana. Bila terdapat masalah sedikit saja mereka langsung lari ke narkoba atau bunuh diri sebagai solusi.
Melihat fenomena yang terjadi didunia remaja maka kita tidak bisa lepaskan dari peran keluarga, bagaimanapun remaja adalah produk keluarga nya, sayangnya banyak orang tua yang tidak memahami konsep pendidikan anak yang benar sehingga anak selalu jadi korban akan dua hal yaitu kekerasan atau manja berlebihan. Kalau anak korban kekerasan dia cenderung tumbuh menjadi orang yang kering dari kehangatan keluarga, sehingga mencari kenyamanan di luar rumah atau sebaliknya menjadi anak yang percaya diri karena biasa direndahkan. Sedangkan anak yang di manja berlebihan cenderung tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan masalah.
Oleh karena itu penting dan bahkan darurat sekali adanya pelatihan ataupun sekolah bagi para orang tua maupun calon orang tua untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua yang siap membekali anak dengan segala hal yg mendukung tumbuh kembang anak. Dan untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan peran negara untuk ikut mengambil peran, karena negara memiliki akses untuk mendata para calon orang tua dan membekali mereka dengan pelatihan terbaik, tidak hanya itu negara juga memiliki kekuatan untuk menutup segala celah yang bisa merusak dunia remaja seperti pornografi, pornoaksi maupun narkoba.
Ini mungkin dilakukan kalau negara punya pandangan bahwa remaja adalah aset negara yang harus diperhatikan sebagaimana pada masa kenabian, nabi muhammad saat memperhatikan pola pendidikan untuk para remaja, maka tak heran di generasi para sahabat banyak sekali sosok yang terbaik yang dikenang sejarah karena prestasinya di masa remaja seperti Zubair bin Ali awwam tentara yang pemberani, juga pemimpin dakwah islam pada zamannya, dan saat itu usianya baru 15 tahun. Ini semuanya berkat pola pendidikan islam yang ditetapkan rasullullah sebagai pemimpin negara pada saat itu.
Wallahu a'lam bis shawab