Abainya Negeri Muslim atas Solusi Hakiki Konflik Palestina Israel
Oleh Rismayana (Aktivis Muslimah)
Sesungguhnya masalah Palestina adalah persoalan tanah umat Islam yang dirampas. Karena setiap muslim mengetahui bahwa dalam Islam mengharamkan penyerahan tanah meski hanya sejengkal dengan orang- orang yang memerangimu karena agama. Sebagaimana Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Allah (hanya) melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang- orang yang memerangi kamu karena agama, dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu.” (TQS. Al-Mumtahanah [60]: 9).
Konflik antara Palestina dan Israel hingga kini belum ada tanda-tanda untuk berhenti. Israel terus saja melancarkan serangan balasan ke Palestina. Korban pun banyak berjatuhan di kedua belah pihak. Adanya serangan yang dilakukan kelompok Hamas pada Sabtu tanggal 7 Oktober 2023 ini akibat dari agresi yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina selama kurang lebih 17 lamanya, dengan memblokade jalur Gaja dengan membangun tembok sepanjang 700 Km.
Dengan blokade yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina yang ada di jalur Gaja, secara otomatis warga Palestina akan kesulitan mencari akses dalam memenuhi kebutuhan hidup. Karena jalur untuk keluar sudah di kepung Israel dengan membangun tembok sepanjang 700 Km. Akses bantuan yang akan diterima pun sulit untuk masuk akibat dari blokade tersebut. Hal tersebut mengakibatkan rakyat Palestina semakin menderita akibat dari kekejaman Israel dengan adanya blokade tersebut.
Hal inilah yang memicu penyerangan terhadap Israel pada Sabtu 07/10/2023, yang dilakukan kelompok Hamas. Penyerangan kelompok Hamas terhadap Israel, menurut keterangan juru bicara Hamas Khaled Qadomi akibat respons dari tindakan kejam Israel terhadap rakyat Palestina. Penyerangan yang dilakukan kelompok Hamas terhadap Israel dilakukan pada saat warga Israel sedang merayakan festival sukkot selama 7 hari. Dalam penyerangan tersebut Hamas berhasil melesatkan tembakan roketnya ke Israel sebanyak 5000 tembakan. Serangan besar- besaran menurut Khaled respons dari kekejaman Israel terhadap warga Palestina sepanjang 17 blokade yang dilakukan Israel (kompas.com, 07/10/2023).
Akibat dari serangan balik yang dilancarkan Israel terhadap kelompok Hamas, ini banyak menimbulkan kerugian yang besar dipihak warga Palestina. Kerugian tidak hanya berupa kerusakan bangunan dan materi semata. Lebih dari itu banyak warga Palestina kehilangan nyawa akibat dari serangan brutal Israel terhadap kelompok Hamas. Korban tewas akibat agresi brutal balasan Israel terhadap kelompok Hamas, banyak warga yang tak berdosa tewas dan terluka akibat serangan yang dilakukan tentara Israel.
Korban kekerasan akibat peperangan antara Palestina dan Israel yang terus berlangsung sampai ini jumlah yang tewas sudah mencapai 6439 jiwa, baik di Gaja, tepi barat maupun warga Israel sendiri. Menurut data terbaru korban tewas akibat perang antara kelompok Hamas dan Israel, di Gaja jumlah korban yang tewas mencapai 5000 lebih orang, di tepi barat ada 93.Sedangkan di Israel sendiri korban tewas mencapai 1400 orang. Sementara itu di jalur Gaja korban luka- luka dilaporkan mencapai 14254 orang (cnbc, 24/10/2023).
Mirisnya sudah lebih dari dua pekan konflik ini terus berlanjut, belum ada pemimpin dari negara lain ikut membantu secara penuh dalam menyelesaikan konflik antara Palestina dan Israel. Mereka hanya bisa menyeru dan mengecam atas tindakan brutal yang dilakukan zionis Israel terhadap rakyat Palestina dan yang lebih mirisnya lagi pemimpin kaum muslim yang tinggal di negara yang mayoritas rakyatnya muslim tidak bisa berbuat apa-apa dalam membantu kemelut yang terjadi di Palestina. Mereka pemimpin negara-negara muslim beranggapan bahwa konflik yang terjadi akibat perseteruan dua negara yang memperebutkan wilayah kekuasaan (tanah).
Mereka pemimpin negara muslim seakan amnesia, tentang akar masalah yang terjadi antara Palestina dan zionis Israel. Bahwa persoalan Palestina bukan hanya melulu tentang Palestina hanya milik satu negara, tetapi tanah Palestina merupakan bagian dari negeri Syam, tanah milik umat Islam seluruh dunia. Di mana di negeri Syam merupakan negerinya para nabi, salah satunya bumi Palestina. Di mana Masjidil Aqso terdapat di negeri Palestina, dan Masjidil Aqso merupakan kiblat pertama umat Islam dan Masjidil Aqso merupakan tempat singgah perjalanan Isra Mikraj Rasulullah saw.
Seharusnya dengan keterikatan akidah dan keimanan yang sama umat Islam dan pemimpin negara muslim bahu membahu dalam membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajah zionis Israel. Bukan malah di depan rakyat Palestina mereka mengecam dan mengkritik Israel, tetapi di belakangnya mereka tetap bergandengan tangan, dengan terus melanjutkan hubungan diplomatiknya khususnya hubungan di bidang ekonomi. Belum ada satu pun negeri muslim yang membantu rakyat Palestina dengan mengirimkan pasukan perangnya, ini membuktikan umat Islam khususnya rakyat Palestina tidak bisa berharap dengan para pemimpin negeri muslim. Karena mereka tidak di ikat dengan satu perasaan, satu peraturan yang terbentuk dalam satu tubuh.
Jadi ketika ada yang sakit dan menderita mereka tidak akan ikut merasakan sakit. Hal inilah yang dirasakan rakyat Palestina. Padahal, solusi tuntas yang bisa membebaskan rakyat Palestina dari cengkeraman zionis Israel hanyalah dengan jihad. Jihad membutuhkan kekuatan besar. Kekuatan besar umat Islam hanya bisa terwujud dengan tegaknya Daulah Khilafah kembali. Seperti di masa kejayaan Daulah Utsmani, Sultan Abdul Hamid II ,mempertahankan bumi Palestina dari cengkeraman kaum kafir, ia tidak akan memberikan sejengkal tanah Palestina ke tangan penjajah.
Karena hanya dengan tegaknya Daulah Khilafah kembali Palestina baru bisa dibebaskan dari penjajah Israel. Karena Khilafah merupakan junnah (pelindung) negeri Palestina dari penjajahan dan membebaskan tanah Palestina merupakan bagian tugas dari Daulah Khilafah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. bahwa, “Sesungguhnya seorang imam (Khalifah) laksana perisai, di mana orang-orang menjadikannya sebagai pelindung (bagi dirinya) dan akan berperang di belakangnya.” (h.r. Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Daud, Ahmad).
Wallahualam bissawab.