Suramnya Mitigasi Bencana di Negeri Rawan Bencana
Oleh: Putri Sarlina (Aktivis Muslimah KoAs Tanjungbalai)
Dakwahsumut.com,- Berbagai bencana kembali terjadi, baik gempa bumi, banjir, maupun longsor dll. Di berbagai wilayah di tanah air. Ribuan rumah di Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terendam banjir imbas luapan air Sungai Kokat. Begitupun bencana di daerah lain, terjadinya banjir lahar dingin Gunung Semeru, yang menerjang beberapa desa di wilayahya.
Secara geografis, Indonesia adalah Negara dengan banyak potensi bencana, namun nampak tidak sadar bencana karena mitigasi bencana sangat lemah. Hal ini terbukti adanya banyak korban benda maupun manusia. Negara abai atas tugasnya sebagai pelindung rakyat.
Buruknya mitigasi bencana sebenarnya lahir dari abainya negara terhadap urusan umat. Alokasi dana untuk mitigasi minim, tetapi pada saat yang sama, gelontoran dana untuk pembangunan infrastruktur penunjang investasi justru masif dilakukan. Sedangkan mitigasi bencana berbicara penyelamatan jiwa manusia seharusnya diutamakan.
Selain itu, buruknya mitigasi bencana lahir dari minimnya keuangan negara. Misalnya, saat pemerintah diberi masukan untuk membangun bangunan yang tahan gempa di daerah rawan gempa, tentu implementasinya akan sulit tersebab hal demikian membutuhkan dana besar.
Begitu pun evakuasi yang dianggap lambat terhadap korban bencana, lagi-lagi persoalannya adalah dana sehingga transportasi mahal seperti helikopter yang mampu membuka akses jalan, minim tersedia. Juga pemulihan, pembangunan kembali infrastruktur yang rusak dan rumah-rumah warga, lagi-lagi semua butuh dana.
Mitigasi bencana dalam Islam akan optimal karena dua faktor. Pertama, negara sebagai pihak sentral dalam seluruh urusan umat. Penguasa akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt. atas apa yang menimpa rakyatnya. Mitigasi akan benar-benar diupayakan dengan maksimal oleh penguasa semata untuk memenuhi kewajibannya sebagai pengurus dan pelindung umat.
Kedua, kekuatan kas negara. Sumber keuangan baitulmal akan melimpah sehingga mampu membiayai mitigasi bencana. Misalnya, saat para peneliti menyarankan pemerintah untuk membangun rumah-rumah tahan gempa bagi warga di wilayah rawan gempa, negara akan bertanggung jawab untuk pembangunannya tersebut. Jika warga tidak sanggup membangun karena mahal, negaralah yang berkewajiban untuk membantu mereka sebab hal demikian menyangkut jiwa manusia.
Begitu pula evakuasi korban, akan diupayakan seoptimal mungkin dengan alat transportasi tercanggih. Evakuasi berkaitan erat dengan waktu, makin cepat ditemukan, akan makin besar potensi terselamatkannya korban. Pembangunan infrastruktur yang rusak pun akan cepat dilakukan pascabencana agar kehidupan rakyatnya kembali pulih.