Siapkah Indonesia Menghadapi Ancaman Kekeringan?
Oleh Fitria Sari (Aktivis Muslimah)
Musim hujan telah berlalu, tibalah musim kemarau. Seiring berjalannya musim hujan, kini musim kemarau pun menghampiri. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengimbau masyarakat agar kiranya untuk menghemat penggunaan air serta membuat persediaan air yang cukup, demi mengantisipasi musim kemarau yang panjang dari fenomena El Nino yang sudah diperkirakan terjadi pada Awal bulan Juli (harianjogja.com, 10/06/2023).
Deikorita Karnawati Kepala BMKG menjelaskan bahwa ancaman kekeringan ini disebabkan oleh fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole yaitu naik turunnya suhu permukaan laut di Samudera Hindia yang sangat kuat, dampak ini yang membuat curah hujan di sebagian wilayah Indonesia berkurang (kbr.id.com, 06/06/2023).
Fenomena alam El Nino, yaitu fenomena di mana suhu permukaan laut di Samudera Pasifik sedang mengalami peningkatan dari kondisi normal yang menyebabkan ketinggian awan menjadi lebih tinggi di bagian Samudera Pasifik, hal inilah yang menyebabkan curah hujan di Indonesia akan berkurang dan menyebabkan musim kemarau yang panjang.
Berbeda dengan keadaan sebelumnya, di mana musim hujan terus mengguyur Indonesia setiap harinya dan dikondisi saat Indonesia sedang mengalami peningkatan musim kemarau yang panjang, membuat para petani bingung dengan ketersediaan serta keterbatasan air yang membuat lahan pertanian mengering nantinya.
Apakah dengan menghemat dan membuat persediaan air bersih yang cukup akan mengatasi musim kemarau yang panjang ini? Sedangkan setiap harinya kita membutuhkan air bersih, mulai dari mandi, minum, memasak, mencuci, bahkan dalam bidang pertanian pun sangat membutuhkan air hujan untuk kelembaban tanah. Lantas, bagaimana cara masyarakat untuk menghemat dan membuat stok air bersih, sementara setiap hati kita butuh air?
Dengan musim kemarau yang panjang ini akan membuat ketahanan bahan pangan akan menurun, yang terjadi adalah kualitas bahan pangan akan bermasalah. Namun, kebijakan impor makin dikencangkan oleh pemerintah, sedangkan rakyatnya sendiri sedang mengalami kesulitan sandang pangan dan papan.
Memang benar bahwa fenomena alam ini adalah atas kehendak Allah, yang membuat kita sadar akan kuasa Allah. Bahwa segala sesuatunya mampu Allah lakukan dengan atau tanpa persetujuan kita. Sadarkah kita, bahwa hal ini terjadi semata-mata karena hal biasa? Tentunya huru-hara di dunia serta ketidakadilan yang telah terjadi di dunialah yang membuat Allah murka.
Sudah seharusnya tindakan pemerintah itu nyata bukan hanya sekadar kata untuk siap mengantisipasi bencana saja. Bahkan jika hanya imbauan saja semua masyarakat sudah tahu, tetapi adakah tindakan dalam penanggulangan hal tersebut? Atau hanya sama-sama pasrah atas apa yang sudah menjadi kehendak Allah?
Rasulullah saw. bersabda, “Para pemimpin diutus dan dipilih, itu bertugas dan bertanggung jawab dalam mengurus rakyatnya.” (h.r. Muslim).
Sudah semestinya sebagai pengusaha mampu memberikan solusi tuntas dalam setiap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakatnya, bukan hanya dengan sekedar imbauan tanpa aksi nyata. Namun, berharap besar, adanya solusi tuntas diera kapitalis ini sangatlah sulit sebab banyaknya penguasa yang abai akan tanggung jawabnya, mereka memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain apakah orang lain tersebut senang atau sengsara.
Dalam Islam, sebagai pemimpin itu wajib mengurus rakyatnya bukan hanya mementingkan jabatannya lalu berbangga diri atas kedudukannya serta tidak peduli atas kondisi masyarakatnya, dan seakan-akan segala sesuatu itu dapat diurus oleh bawahannya. Sebagai pemimpin bukan hanya dipilih untuk tenang dan duduk di atas kursi singgasananya saja melainkan mereka punya tanggung jawab yang besar yaitu mengatur urusan rakyat sesuai dengan aturan Allah bukan aturan yang lain.
Kondisi saat ini sangat berbeda dengan masa pada saat Islam tegak di muka bumi ini, saat ini masyarakat sudah terlalu larut dan terjebak ke dalam sistem kapitalis yang seharusnya tidak lagi diemban. Banyaknya permasalahan yang ada harusnya membuat kita sadar, bahwa hanya sistem Islam-lah yang hanya mampu mengatasi setiap permasalahan yang ada dengan tuntas bukan setengah-setengah apalagi sampai abai dengan masyarakatnya. Bahkan, ada banyak hal yang sudah kita sadari, tetapi enggan untuk membuka suara hanya karena sudah nyaman dengan sistem kapitalis yang tidak mampu menjanjikan kebahagiaan lahir dan batin.
Di dalam Islam negara menjamin kebutuhan (sandang, pangan, dan papan) jika sekarang peran negara sudah tidak ada, maka apa yang kita harapkan disistem kapitalis ini? Islam satu-satunya solusi tuntas dalam mengurus rakyat sampai tuntas! Yuk, kembali pada sistem Islam dengan menggencarkan dakwah Islam kafah.
Wallahualam bissawab