Kapitalis Memiskinkan Islam Menyejahterakan



Oleh Sindi Laras Wari (Aktivis Muslimah)

Dakwahsumut.com, - Kemiskinan yang selalu ada dan selalu akan menghampiri terkadang tidak dapat terelakkan. Begitulah potret kemiskinan di negeri ini, siapa yang sanggup untuk keluar dari belenggu kemiskinan. Akan tetapi persoalan kemiskinan ini akan segera diselesaikan dengan ambisi yang begitu luar biasa. Kita dapat melihat apakah program tersebut dapat rampung atau malah tidak berujung.

Agenda menghapus kemiskinan menargetkan untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem bagi seluruh orang yang pada saat ini per hari pada 2030 pendapatannya kurang dari 1.25 dolar Amerika. Jokowi juga berambisi untuk menghapuskan kemiskinan ekstrem hal ini merujuk pada tujuan pertama Perserikatan Bangsa-bangsa pembangunan berkelanjutan (tirto.id.com, 09/06/2023).

Jokowi juga berambisi pada tahun 2024 pemerintahannya bisa menghapus kemiskinan dengan target hingga nol persen (tirto.id.com, 09/06/2023). Penurunan kemiskinan ekstrem merupakan salah satu program kerja Jokowi pada periode kedua ini. Akan tetapi program tersebut belum terselesaikan hingga saat ini karena kendala pandemi covid-19 yang membatasi ruang gerak seluruh masyarakat dari segala lini kehidupan.

Faktanya, yang dikatakan dengan kemiskinan ekstrem ialah apabila per orang per hari biaya pengeluarannya di bawah Rp10.739. Pengeluarannya yang sangat tidak mencukupi untuk kehidupan pada hari ini di tengah keadaan yang apa-apa serba mahal dan kian hari selalu mengalami kenaikan harga.

Namun, apakah persoalan kemiskinan dapat diatasi dengan cepat melalui program yang telah dirancang sedemikian rupa. Seperti yang dikutip dari tirto.id.com, pada 9 Juni 2023 ada tiga skenario dalam menurunkan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintahan. Pertama, melalui intervensi pengurangan beban pengeluaran rakyat miskin. Kedua, melalui peningkatan pendapatan. Ketiga, meminimalkan kantong-kemiskinan.

Nyatanya hingga saat ini dimasa akhir pemerintahan Jokowi pada periode ke-2 masalah tersebut belum juga terselesaikan dan tidak terlihat angka penurunan yang signifikan. Pada akhirnya sebagian masyarakat mengatakan program penurunan kemiskinan ekstrem hingga nol persen adalah program yang sangat ambisius.

Sebab akar permasalahan kemiskinan di Indonesia bersifat struktural yang mendasar. Akhirnya tidak dapat diselesaikan hanya dengan program seperti itu. Seperti akses pendidikan dan kesehatan yang cukup mahal pada saat ini. Dengan pengeluaran di bawah Rp10.739 secara logika tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan.

Begitulah fakta hidup di bawah naungan sistem kapitalis yang menganut sistem ekonomi kapitalis. Hingga akhirnya orientasi yang ada di dalam pemikiran ialah uang, uang dan uang. Setiap orang akan berlomba dalam mendapatkan sumber keuntungan dan keuangan yang sebesar-besarnya, tanpa peduli apakah hal yang mereka perbuat dapat menyengsarakan orang lain ataukah tidak, dan apakah hal yang diperbuat mendapatkan pahala atau malah mendatangkan dosa. Hal semacam ini tidak pernah terpikirkan oleh masyarakat yang hidup di bawah sistem kapitalis dan telah tersusupi pemikiran kapitalis.

Seperti dana yang telah dikorupsi apabila dikembalikan lagi kepada rakyat dan untuk kepentingan rakyat pasti akan dapat menyejahterakan rakyatnya. Namun, kembali lagi kepada pemikiran yang telah disusupi paham kapitalis yang berorientasi hanya kepada bagaimana cara mendapatkan uang dan sumber keuangan yang sebesar-besarnya.

Dalam Islam

Kepala negara dalam Islam yakni Khalifah akan senantiasa terus mencari rakyatnya, di mana keberadaan rakyat yang layak menerima bantuan. Bahkan terkadang mereka membutuhkannya, tetapi mereka tidak mau menunjukkannya. Sebab membiarkan rakyat miskin dan tidak mendapatkan bantuan karena mereka yang tidak mengajukan untuk mendapatkan bantuan merupakan kelalaian bagi negara.

Islam juga menetapkan setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional termasuk pendataan rakyat miskin oleh negara. Sebab perbuatan yang kita lakukan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah, maka dari itu senantiasa untuk selalu bersikap profesional dalam pendataan masyarakat miskin hingga tidak ada yang tertinggal namanya untuk mendapatkan bantuan.

Maka dari itu, rakyat yang hidup di bawah naungan negara Islam atau Daulah Khilafah Islamiyah akan dijamin kesejahteraannya oleh negara, penerapan sistem ekonomi Islam juga akan menjamin hal tersebut. Islam mewajibkan bahwa penguasa sebagai pelaksana syariat Islam untuk menjamin kebutuhan pokok setiap individu yang hidup di bawah naungan negara Islam, tanpa memandang orang tersebut Islam atau nonmuslim.

Kebutuhan pokok yang bersifat individual seperti pangan, sandang, papan akan dipenuhi negara dengan memampukan setiap kepala keluarga dalam bekerja sebagai bentuk memenuhi kebutuhan keluarga. Negara wajib membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi rakyat. Lapangan pekerjaan luas akan terbuka lebar di dalam Khilafah, sebab Islam memiliki konsep kepemilikan yang menyatakan bahwa seluruh sumber daya alam merupakan milik rakyat dan hanya boleh dikelola negara bukan individu seperti yang terjadi dalam sistem kapitalis saat ini.

Sumber daya alam yang melimpah dan akan dikelola oleh negara inilah yang akan menyerap tenaga kerja sangat banyak. Kemudian kebutuhan pokok yang bersifat umum seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan langsung ditanggung oleh negara. Maka dari itu setiap rakyat akan mendapatkan pelayan tersebut secara gratis dan cuma-cuma. Pada akhirnya apabila dijumpai orang miskin dalam Khilafah mereka akan tetap bisa mendapatkan pelayanan umum tersebut dengan gratis dan tetap bisa bersekolah.

Berbeda sekali dengan sistem kapitalis hari ini yang dapat mencetak orang miskin dengan sistem dan keadaan yang ada pada hari ini. Kalaupun ada bantuan yang diberikan oleh negara kepada orang miskin saat ini, sering kali biaya yang didapatkan tidak mampu memenuhi kebutuhan makan apalagi untuk bersekolah. Hanya dengan sistem Islam dalam Institusi Khilafah rakyat dapat merasakan kesejahteraan. Islam akan menjadi rahmatan lil alamin sebagaimana.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّـلْعٰلَمِيْنَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya [21]: 107).

Wallahualam bissawab