Bantuan Modal, benarkah solusi tuntas kemiskinan?

 


Oleh: Mahyawita Leni Marpaung, S.Pd

( Aktivis Dakwah KoAS Tanjungbalai & Guru PM Al- Maksumi)

 

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menargetkan 16 juta perolehan nasabah pada tahun ini (2023). Hal itu dikemukakan Direktur Utama PNM Arief Mulyadi. Arief menambahkan, selama ini PNM lebih fokus mendanai masyarakat yang membuka usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun juga tidak menutup kemungkinan memperbanyak penyaluran modal ke perusahaan rintisan (startup). PNM pada tahun ini juga menargetkan penyaluran ke masyarakat sebesar Rp 75 triliun. Namun, menurut Arief, ada perkiraan bakal lebih penyalurannya ( KOMPAS.com, 27 Mei 2023).

Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi mengatakan, pihaknya optimis dapat membantu pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan ekstrem. Hal itu dikarenakan sebesar 47 persen masyarakat miskin di Indonesia yang telah keluar dari status tersebut kebanyakan mendapatkan bantuan modal dari PNM untuk membangun usaha.

Bantuan modal UMKN tersebut diklaim sebagai solusi dalam mengentaskan kemiskinan di negeri tercinta ini. Namun, apakah benar dengan pemberian bantuan modal usaha ini mampu mengentaskan kemiskinan secara merata di Indonesia? Jelas sekali jawabannya tidak.

Sebab, pada faktanya UMKN sendiri menghadapi banyak persoalan untuk dapat bertahan dalam situasi saat ini. Para pemilik UMKM pun juga mengalami berbagai persoalan seperti masalah perizinan, minimnya modal usaha, kurangnya inovasi, ketatnya persaingan dan berbagai persoalan lainnya. Dari hal tersebut dapat kita lihat bahwa, UMKM hanyalah solusi tambal sulam. Bukan solusi yang mampu menyelesaikan masalah kemiskinan di Negeri ini sampai ke akarnya.

Sebenarnya masalah kemiskinan di Indonesia ini sudah bersifat sistemik. Yang mana kondisi rakyat saat ini sangat dipengaruhi  oleh sistem yang diterapkan ditengah masyarakat yaitu Kapitalisme. Kesejahteraan tidak akan pernah kita temui jika yang digunakan saat ini adalah sistem perekonomian kapitalisme. Sebab kesejahteraan melalui permodalan sejatinya lahir dari cara pandang ekonomi kapitalisme. Dalam ekonomi Kapitalisme-liberalisme hanya mengandalkan pasar bebas. Selain itu ekonomi Kapitalisme hanya akan menghasilkan hegemoni ekonomi, dimana perusahaan besar dapat sewaktu-waktu memakan perusahaan kecil. Sebab dalam hal ini terdapat proses konglomerasi bahan baku dari hulu sampai hilir. Hal tersebut tentu akan membuat usaha yang nantinya dirintis oleh rakyat dari memperoleh bantuan modal UMKM ini  akan mudah dikendalikan oleh perusahaan besar. Dan tentunya hal tersebut akan sangat mudah mematikan usaha berskala kecil yang dijalankan oleh individu bersangkutan. Maka sudah dapat dipastikan bahwa program UMKM hanyalah solusi sesaat dalam bertahan hidup ditengah kondisi krisis perekonomian negeri ini.