Konten Demi Eksistensi, Wujud Rendahnya Taraf Berfikir Generasi
Oleh: Putri Sarlina SH (Aktivis Muslimah
KoAs Tanjungbalai)
Eksistensi diri menjadi
prioritas bagi kebanyakan individu hari ini, terbukti dengan adanya konten yang
membahayakan jiwa atau berlagak kaya, seperti kejadian yang menimpa Seorang
perempuan asal Bogor dia tewas saat membuat konten pura-pura gantung diri lewat
video call kepada teman-temannya. Sebagian masyarakat juga mengidap penyakit
flexing yaitu kebiasaan seseorang memamerkan apa yang dia miliki di media
sosial demi mendapatkan pangakuan orang lain tentu budaya ini akan menimbulkan
penyakit ditengah-tengah masyarakat.
Perilaku ini sejatinya
adalah perilaku rendah, yang muncul
dari taraf berpikir yang rendah
pula. Budaya ini menunjukkan ada yang
salah dalam kehidupan ini. Dan ini tentulah hasil dari sistem kehidupan yang
diyakini masyarakat dalam seluruh aspeknya. Sistem hari ini gagal menunjukkan
kemuliaan manusia melalui ketinggian taraf berpikirnya.
Sekularisme membuat manusia
bersandar kepada asas manfaat (keuntungan materi) sebagai asas perbuatan maka
tidak aneh manusia melakukan apapun demi konten viral yang membuat terkenal.
Bahkan media saat ini memang didesain demikian agar industri kapital memasarkan
produk-produk mereka, media banyak diisi dengan iklan-iklan kehidupan mewah,
dan standar materi, karena itu budaya flexing dipelihara dalam masyarakat
mereka dibuat berperilaku Hedon dan konsumtif, inilah pangkal masalah munculnya
konten yang membahayakan nyawa ataupun budaya flexing yang semakin menggila.
Negara gagal melahirkan
sosok individu berilmu tinggi, lihat saja lembaga pendidikan justru semakin
mengokohkan gaya hidup sekularisme kapitalisme dengan meminimalisir pendidikan
agama sedangkan pendidikan agar mereka bisa meraih jabatan, kekuasaan, layak
kerja begitu masif diberikan akibatnya para pemuda semakin terkikis keimanannya
padahal manusia dulu pernah hidup dalam sistem Islam yang memuliakan dan
menjadikan mereka manusia beradab.
Selama Islam berjaya 1300
tahun manusia hidup dalam peradaban yang mulia, manusia nya memiliki pemikiran
bahwa dia adalah seorang Abdullah (hamba Allah) yang sepantasnya beriman kepada
Allah, taat dan patuh terhadap perintah dan larangan Allah. Pemikiran semacam
ini akan menimbulkan kesadaran untuk beribadah kepada Allah sebagaimana firman
Nya dalam surah adz- Dzariyat ayat 56 yang artinya: "Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku".
Maka dalam Islam tujuan
dari setiap aktivitas adalah meraih ridho Allah, mengoptimalkan semua potensi
yang mereka miliki untuk kemuliaan Islam dan kepentingan kaum muslimin.
Allahu 'alam bishawab