Sistem Sekuler Merusak Fitrah Keibuan
Oleh:
Ummu Rasyid (Aktivis Muslimah KoAs Tanjungbalai)
Seorang wanita pemilik rental PS di
Jambi berinisial YN dan masih berusia 25 tahun juga berstatus ibu muda dengan
bayi berumur 10 bulan ditetapkan sebagai pelaku pelecehan kepada 11 anak
laki-laki dan perempuan yang bermain PS di rentalnya. Pelaku dibekuk setelah
salah satu orang tua korban melaporkannya ke pihak kepolisian. Saat dimintai
keterangan pelaku justru mengaku menjadi korban pelecehan sedangkan sang suami
tidak tahu menahu tentang perbuatan nista istrinya.
Kasus ini benar-benar membuktikan
betapa rusaknya sistem kehidupan yang berlandaskan kepada sekulerisme
kapitalisme yaitu sistem yang memisahkan agama dari kehidupan membuat manusia
hanya mengejar kesenangan hawa nafsu semata sebagai tujuan hidupnya. Atas
kesenangan itu fitrah keibuan pun menjadi rusak sebagaimana yang terjadi pada
kasus YN, perempuan yang selama ini dianggap sebagai korban ternyata bisa
menjadi pelaku.
Sekulerisme membuat disfungsi peran
ibu sebagai pendidik generasi. Sosok ibu yang seharusnya menjaga mendidik
merawat dan mengajarkan hal yang baik justru mencekoki anak-anak dengan konten
porno yang merusak akal mereka. Kualitas ibu yang buruk lahir karena sistem
yang buruk. Karena itu tidak sepantasnya umat berharap kebaikan dalam sistem
yang bobrok ini karena sistem ini merusak kehidupan manusia.
Umat membutuhkan sistem yang telah
terbukti mampu mencetak seorang ibu sebagai pembangun peradaban bukan perusak
peradaban. Sistem ini tidak lain adalah sistem Islam yang secara fikih disebut
sebagai Khilafah. Khilafah sebagai institusi praktis pelaksana hukum syariah
sangat memahami peran penting strategis dan politik seorang ibu dalam Islam.
Tugas utama perempuan adalah sebagai umum warobbatul bait, yakni ibu dan
pengatur rumah tangga. Tugas ini amatlah berat karena ibu yang akan menjadi
pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dia juga yang mengatur
perbendaharaan rumah suaminya.
Sosok ibu seharusnya adalah sosok
yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi dua model ini akan menuntutnya
memahami makna dan hakikat hidup bahwa kemuliaan hanya ketika kita hidup penuh
ridho Allah karena itu ia akan mendidik anak-anaknya dengan Akidah Islam
mengajarkan tujuan hidupnya hanya untuk Allah bukan yang lain.
Seorang ibu juga harus memiliki
kesadaran politik Islam makna kesadaran politik Islam adalah pemeliharaan
urusan-urusan umat harus diatur dengan syariat Islam dan peka terhadap
kezaliman-kezaliman yang menimpa umat. Sekalipun peran utama seorang ibu adalah
wilayah domestik namun dia memiliki peran serta kewajiban di kehidupan umum
yakni melakukan Amar ma'ruf nahi mungkar. Karenanya selain dia aktif menjadi
sosok pejuang dia juga akan mendidik anak-anaknya memiliki mental pejuang untuk
kemuliaan Islam.
Pada masa Khilafah banyak sekali
sosok ibu yang berhasil menjalankan fitrahnya sebagai seorang ibu diantara
contohnya adalah Ummu imaroh Khansa yang berhasil mendidik anak-anaknya menjadi
mujahid, ibunda Imam Syafi'i, ibunda khalifah Harun ar-rasyid dan masih banyak
yang lainnya. Sosok ibu-ibu yang demikian tidak karena semata-mata ketakwaan
individu namun ada peran dan dukungan Khilafah untuk mencetak generasi terbaik
Islam dengan sistem pendidikan yang berkualitas. Kurikulum sistem pendidikan
Islam akan melahirkan generasi yang memiliki kepribadian Islam yakni pola pikir
dan pola sikapnya sesuai dengan Islam sehingga terlahir individu-individu yang
senantiasa beramal untuk meraih keridaan Allah.
Tak hanya pendidikan sistem pergaulan yang diterapkan
dalam Khilafah juga sistem pergaulan Islam. Sistem pergaulan dalam Islam akan
mencegah terjadinya perbuatan perzinaan, pemerkosaan, pelecehan dan interaksi
batil lainnya. Interaksi laki-laki dan perempuan akan diatur berdasarkan Islam,
juga media-media dalam Khilafah akan memfilter dan menindak tegas siapapun yang
membuat konten rusak dan merusak. Saat
media mengeluarkan tayangan yang berbahaya bagi aqidah umat Islam Khilafah akan
memberi sanksi takzir pada pelakunya sesuai dengan tingkat kemaksiatan yang
dilakukan. Dengan konsep kehidupan yang seperti ini tentu kasus seperti YN
tidak akan terjadi, justru sebaliknya akan muncul sosok-sosok ibu yang sangat
luar biasa.