Sekulerisme Rusak Moral Remaja
Pemuda adalah tonggak
peradaban. Ditangannyalah tergenggam sejuta harapan bangsa. Alamiahnya yang tua
akan berganti dengan yang muda. Tak terkecuali beban amanah bangsa hari ini
yang akan berlanjut ke para pemuda nantinya. Bahkan bung karno sendiri
memandang pemuda memiliki power luar biasa sehingga mampu mengubah kondisi yang
ada. Seperti kutipan dalam pidatonya “beri aku 1.000 orang tua akan aku cabut
semeru dari akarnya, dan beri aku 10 orang pemuda niscaya akan kuguncang
dunia”.
Ditengah keistimewaan
yang ada dalam diri pemuda, sangat disayangkan sebab potensi yang tertanam
didalamnya tidak dicurahkan dengan semestinya. Remaja yang harusnya dekat
dengan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi), berjiwa pemimpin, kritis dalam
memandang setiap problem yang ada, solutif akan setiap permasalahan serta kuat
dari sisi akidahnya. Kini hanya terkulai lemas terseret arus sekulerisme.
Kenakalan remaja setiap
tahunnya semakin menjadi masalah sosial yang kian parah. Mulai dari tawuran,
pelaku pembegalan, pengguna narkoba dan miras, pornografi, sex bebas serta
pelaku tindak kriminal lainnya. Semua sudah diisi oleh remaja.
Menurut catatan Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang Januari hingga Juni 2022, tim
KPAI mencatat sejumlah kekerasan yang melibatkan remaja
(HAL-Online.com23/6/2022).
Oktober lalu seorang
remaja di jalan Karantina, kelurahan Glugur Darat II, Kecamatan Medan
Perjuangan menjadi pelaku pembunuhan dengan menikam tetangganya lantaran sakit
hati (iNews Sumut.id14/10/2022). Beberapa tahun lalu bahkan mahasiswa
Universitas Swasta di Medan pernah membunuh dosen yakni seorang Dekan di
fakultasnya sendiri.
Demikianlah secuil dari
potret kerusakan remaja yang tidak bisa dianggap hanya sekedar kenakalan atas
dasar pencarian jati diri dan identitas. Ini adalah masalah penting yang butuh
perhatian besar baik dari orang tua, lingkungan dan negara.
Orang tua yang notabene
menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas anak-anaknya. Sehingga peran
orang tua sangat diharapkan dalam membentuk pribadi remaja. Terkhusus ibu
sebagai sekolah pertama dan utama bagi anaknya. Penanaman akidah oleh orang
tua menjadi poin penting dalam menancapkan
pondasi akidah dalam diri anak. Sebab tidak dipungkiri kerusakan remaja hari
ini tidak lepas dari jauhnya pemahaman agama pada diri mereka. Minimnya
nilai-nilai agama akan membuat mereka mudah tergerus dan terseret arus
paham-paham merusak seperti sekulerisme serta paham turunannya yakni hedonisme,
feminisme, pluralisme dan liberalisme. Sekulerisme yang memisahkan peran agama
dalam urusan duniawi menjadikan remaja kering akan siraman nilai-nilai agama
yang membuat mereka liar serta sangar melakukan kerusakan.
Peran lingkungan juga
tak kalah penting sebagai support system yang mampu menjaga remaja untuk
senantiasa menjadi pribadi yang baik. Berjalannya aktivitas amar ma’ruf nahi
mungkar akan memberikan suasana mendukung bagi mereka agar senantiasa selalu
menjalankan perbuatan susuai apa yang Allah perintahkan dan menjauhkan diri
dari apa yang Allah benci. Kontrol sosial oleh masyarakat akan mampu menekan
angka kenakalan dan kriminalitas yang terjadi. Seperti lingkungan yang bebas
dari narkoba dan miras, pergaulan yang tak punya batas juga akan menekan angka
aborsi yang saat ini juga tinggi.
Sehingga, orang tua dan lingkungan akan bersinergi dalam membentengi remaja
dari segala keburukan yang merenggut jati diri mereka sesungguhnya sebagai agen
perubahan.
Serta tak lepas peran
negara yang justru sangat mendukung terciptanya nuansa yang demikian. Sebab
wewenang yang ada pada negara tentu tak sama dengan apa yang dimiliki oleh orang tua serta masyarakat. Disaat orang tua
dan masyarakat membatasi anaknya dalam penggunaan gadget untuk hal-hal yang bermanfaat,
maka disitulah peran negara untuk memfilter aplikasi apa saja yang merusak dan
bermanfaat. Disaat orang tua dan masyarakat mengedukasi anaknya agar menjadi
pembelajar yang terdepan dalam sains dan teknologi, maka disitulah peran negara
sangat diharapkan dalam mensterilkan bangsa dari pengaruh narkoba dan miras
yang merusak. Disaat orang tua dan masyarakat membentengi anaknya untuk
senantiasa menjadi hamba Allah yang bertaqwa maka disitulah peran negara
membentengi paham-paham barat yang merusak pribadi mereka serta memjauhkan diri
mereka dari ketaatan kepada Allah swt.
Tentu ketiga peran ini
akan bersinergi dan saling mendukung ketika sekulerisme tidak lagi mencengkram
pemikiran umat hari ini. Maka penting bagi kita untuk menghapus paham-paham tersebut
dari pemikiran remaja dan masyarakat dan kembali menyadarkan mereka akan fungsi
remaja dan peran mereka di masa mendatang sebagai kholifah fil ardh, yakni
pemimpin di muka bumi. Sebab perahu takkan bisa berlayar tanpa nahkoda. Bangsa
ini butuh orang-orang pintar yang taat kepada penguasa alam semesta sebagai
Pencipta dan Pengatur. Wallahu'alam.