Wacana Program Bagi-bagi Rice Cooker dan Konversi ke Listrik, Siapa Diuntungkan?
Oleh: Putri Sarlina (Guru &
Aktivitas Muslimah KoAs Tanjungbalai)
Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengirimkan usulan kepada Komisi VII DPR untuk
pembagian rice cooker gratis dengan anggaran senilai Rp300 miliar. Program
bagi-bagi rice cooker diklaim berbeda dengan program migrasi ke kompor induksi,
baik secara pasar maupun penerima. dikutip dari laman tirto.id
Rencananya, Kementerian
ESDM bakal menyalurkan rice cooker listrik sebanyak 680.000 unit lewat anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) kementerian tahun depan. Berdasarkan
hitung-hitungan Kementerian ESDM, program itu dapat menghemat subsidi LPG 3
kilogram mencapai Rp52,2 miliar dengan total biaya pengadaan Rp240 miliar tahun
depan. Adapun, pengurangan volume LPG 3 kilogram mencapai 19,6 ribu ton dan
penghematan devisa sebesar 26,88 juta dolar AS. Lewat program itu, konsumsi
listrik domestik diharapkan menyentuh di angka 42,84 GWh atau setara dengan
pembangkit 54,74 MW.
Ditambah dengan ada nya
wacana subsidi motor listrik untuk mengejar target peralihan energi oleh Luhut.
Konversi ke motor listrik,
sebagaimana mobil listrik, dianggap
lebih menguntungkan secara keuangan bagi negara dan masyarakat, serta
pro-lingkungan. Demikian juga pembagian
rice cooker dianggap akan menghemat
penggunaan LPG 3 kilogram sehingga mengurangi impor LPG dan meningkatkan konsumsi listrik domestik.
Namun kebijakan tersebut
tidak sejalan dengan realita di
lapangan. Fasilitas penunjang untuk
pengisian listrik belum banyak tersedia, sementara penghematan atas pengurangan penggunaan gas juga tidak signifikan dan yang
pasti, program tersebut jelas akan menguntungkan pengusaha.
Inilah potret negara
kapitalis, yang lebih berpihak kepada pengusaha dan oligarki di banding rakyat.
Berbagai program publik dibuat namun nyatanya hanya mengarah pada perolehan
profit para pemilik modal dan dalam Negara kapitalis ini adanya ketergantungan
terhadap swasta dalam merealisasikan kebijakan industri.
kepemimpinan islam tidak
akan menyerahkan urusan rakyat kepada asing dan Aseng akan tetapi Khilafah justru berusaha memenuhi kebutuhan
rakyat dan mensejahterakannya dengan ekonomi Islam.
Allahu 'alam bishawab