Pesugihan Hilangkan Fitrah Keibuan
Oleh: Nurul Fadhilah, S.Pd-Aktivis Muslimah
Masyarakat di Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, digegerkan oleh berita dua anak tak berdaya menjadi korban tumbal pesugihan orang tua sendiri. Ketika peristiwa ritual yang mengerikan itu terjadi, yakni ketika mata kanan AP yang berusian 6 tahun dicungkil oleh ibu kandungnya sendiri. Sementara ayah, kakek dan pamannya berperan memegangi tangan dan kaki korban agar tidak berontak. Peritiwa kejam ini terjadi pada 5 September 2021. Pada saat itu untungnya korban berhasil diselamatkan oleh pamannya Bayu (34) yang mendengar teriakan ponakannya yang sedang meronta kesakitan (BeritaSubang.com7/9/2021).
Ironisnya, kejadian ini terjadi selang beberapa hari saat kakaknya AP yakni DD (22) yang juga tewas akibat tumbal dari ilmu hitam kedua orang tua mereka pada 3 September 2021. DD (22) yang berusia cukup dewasa ini tewas karena dicekoki air garam sebanyak 2 liter (suara.com6/9/2021).
Pesugihan di Indonesia sendiri belakangan sudah tak popular lagi, alias kepercayaan kuno yang sudah lama ditinggalkan warga. Meski tak menutup kemungkinan bagi sebagian warga yang masih mempercayainya. Pesugihan memiliki arti suatu cara untuk memperoleh kekayaan secara instan tanpa harus bekerja keras layaknya orang bekerja pada umumnya. Dalam prosesnya pesugihan adalah bentuk kerjasama perjanjian antara manusia sebagai pelaku pesugihan dengan makhluk gaib/jin/siluman.
Pesugihan ini sendiri termasuk perbuatan syirik. Dalam pandangan Islam, syirik adalah dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah swt. Segala sesuatu yang dilakukan dan dipersembahkan selain pada Allah adalah syirik akbar. Allah swt berfirman:
“Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS. Al An’am:162)
Selain merusak akidah atau keyakinan umat, pesugihan ini juga merusak akal yang menjadikan hilangnya fitrah manusia. Dalam kasus ini, fitrah ibu. Ibu yang harusnya menjaga dan melindungi anak-anaknya kini justru mengancam dan membahayakan kehidupan mereka. Sosok ibu sangat dikagumi sebab amanah dan tanggung jawab yang melekat pada dirinya, selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Menjadi panutan dan bahkan menjadi pencetak peradaban mulia.
Dalam sistem kapitalisme hari ini, banyak hal yang menjadikan sosok ibu lebih ganas ketimbang induk harimau. Selain kasus diatas yang mencungkil mata anaknya hanya karena ingin kaya raya tanpa harus bersusah payah, banyak kejadian lain yang tak kalah parahnya. Banyaknya kasus bayi yang baru saja dilahirkan dan dibuang oleh ibu kandungnya sendiri, juga kasus mutilasi anak yang juga dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri di Cengkareng 2016 lalu.
Sederet fakta ini terjadi bukanlah tanpa sebab. Akibat penerapan sistem kapitalisme ini banyak pemahaman yang mendatangkan kerusakan akal dan akidah umat. Dalam sistem ini, materi menjadi standar hidup. Standar hidup nyaman hanya dengan bergelimang harta ternyata mampu membutakan naluri keibuan, menyiksa bahkan membunuh anaknya. Himpitan ekonomi yang mendatangkan stress dan depresi, pergaulan bebas yang akhirnya jatuh pada perzinaan, aborsi, membuang bayi hasil zina bahkan tak sedikit yang membunuh bayi yang baru dilahirkannya.
Penting bagi perempuan khususnya ibu, untuk memahami bahwasannya segala kewajiban dan amanah yang melekat padanya kelak akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah swt. Memilih untuk memiliki anak artinya siap dengan segala konsekuensinya. Termasuk menjaga dam melindunginya. Kenikmatan dunia seperti materi yang berlimpah bukanlah sesuatu hal yang wajib dicapai hingga jatuh pada pesugihan yang akhirnya mengorbankan nyawa buah hatinya. Hingga kini naluri ibu kian terkikis menjadi liar dan ganas.
Lalu bagaimana cara untuk mengembalikan fungsi ibu agar fitrah dan nalurinya senantiasa terjaga dari gempuran sistem hanya dengan menjadikan islam sebagai standar hidup. Islam memberikan posisi terbaik bagi sosok ibu yakni pendidik bagi anak-anaknya. Kemudian didukung oleh peran negara yang selalu memfasilitasi kebutuhan para ibu sehingga mampu menjamin terlaksananya peran ibu sesuai standar islam. Jauh dari pemikiran sesat yang menjadikan materi sebagai standar kebahagiaan. Sehingga ibu bisa fokus dalam mendidik, menjaga serta melindungi anak-anaknya.
Hendaknya juga setiap muslim harus memahami tentang hakikat hidup didunia ini. Yakni hanya untuk beribadah kepada Allah swt sebagaiman firman Allah:
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu” (QS. Adzzariat:56)
Beribadah kepada Allah yaitu dengan menjalan segala sesuatu di dunia ini berdasarkan aturan yang telah Allah tetapkan dalam Al-Qur’an dan hadits Rosulullah saw. Sehingga kita sebagai makhluk ciptaan Allah mampu menjalankan peran dan tugas kita sebagai seorang ibu yang berhasil di dunia hingga siap mempertanggung jawabkannya kelak di yaumil hisab. Wallahu a’lam bishowwab.