Peran Muslimah dalam Dakwah Literasi di Era Pandemi
Oleh : Alfisyah Ummu Arifah S.Pd ( Pegiat Literasi Islam Kota Medan)
Pandemi meniscayakan semua orang beraktivitas di rumah dan dekat dengan gawainya. Pandemi juga meniscayakan orang membaca. Membaca apa saja yang hadir di beranda akunnya. Jadilah saat ini dakwah via tulisan menjadi digandrungi. Mulai dari berita artis sensasi hingga tulisan ringan dapur keluarganya.
Inilah momen dimana penulis muslimah mendapatkan ruang lebih lebar dari sebelum pandemi terjadi. Benarlah memang di balik musibah ada hikmah. Di balik ujian ada kebaikan. Kaum muslimah harus mengambil peran ini. Saatnya mereka menulis untuk mengajak kepada kebaikan Islam dan lebih mendekati Allah sang pencipta.
Menjadi seorang muslim dan muslimah membuat kita mensyukuri apapun keadaannya. Tidak boleh menyalahkan keadaan. Menyalahkan virus mahluk Allah itu. Apalagi menyalahkan Allah. Sabarlah menjadi sikap terbaik. Syukur pun mengikutinya dengan amalan yang semakin banyak untuk meraih kedekatan dengan Allah.
Meskipun dakwah tidak bisa lagi dilakukan secara tatap muka. Namun dakwah bisa dilakukan secara virtual melalui ruang zoom dan ruang medsos yang kini menjamur. Selain itu kita tidak boleh lupa, Bahwa ada dakwah yang cakupannya melintasi batas tempat dan waktu. Dakwah itu bernama dakwah bil qolam lewat aksara. Dakwah dalam dunia literasi. Tentu sasarannya menjadi lebih banyak dan lebih luas.
Seorang muslimah tetap harus menjalankan dakwahnya sebagaimana laki-laki. Oleh karena itu tetap harus memiliki target yang harus dicapai dalam dakwah itu. Seorang muslimah yang terjun dalam dakwah lisan melalui aksara harus mengetahui tujuan dakwahnya untuk apa. Juga harus mau dan bersedia mempersiapkan segala ilmu yang dikajinya untuk diterapkan untuk dirinya dan didakwahkan kepada orang lain.
Seorang muslimah juga harus memiliki skill dan kemampuan khusus dalam menyampaikan dakwah baik secara lisan dalam ruang medsos maupun di ruang tulisan. Kemampuan literasinya perlu ditingkatkan agar dakwah mudah diterima oleh pendengar atau pembaca tulisannya. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, efektif dan sistematis menjadi hal yang wajib.
Jangan membiarkan pembaca dan pendengar menebak-nebak apa isi materi kajiannya. Karena penyampaiannya ribet dan berbelit-belit. Seorang muslimah pengemban dakwah mesti membuat bahan kajian yang penuh visi dan misi. Dia harus memahami apa target kajian atau tulisan yang disampaikan. Begitu juga harus diketahui siapa yang menjadi pendengar dan pembacanya. Sebab bahasa penyampaiannya harus tepat sasaran. Tidak boleh dipaksakan berdasarkan level berfikir, usia hingga pendidikannya.
Seorang muslimah pengemban dakwah juga harus memberikan alasan yang tepat kepada pendengar dan pembaca mengapa tema yang diusung dalam kajian dan tulisan itu diangkat. Alasan dari pembaca dan pendengar itu adalah motivasi bagi mereka saat ingin mendapatkan kajian atau tulisan itu. Artinya ada profit atau investasi yang mereka dapatkan setelah ikut kajian virtual dan juga membaca tulisan dakwah itu. Oleh karena itu tema yang diangkat juga mesti menarik, terkini, dibutuhkan dan mendorong mereka untuk mendekat kepada Allah lebih dekat lagi.
Seorang pengemban dakwah muslimah tidak boleh lupa pada tugas utamanya yaitu sebagai penyampai risalah para Nabi. Ada tujuan mulia dalam aktivitas tersebut. Baik kajian maupun tulisan yang disampaikan akan menjadi pahala jariyah saat raga tak lagi hidup.
Hadist Rasulullah mengingatkan kita agar menyiapkan anak sholih, bersedekah jariyah dan menyampaikan ilmu yang bermanfaat. Jika anak sholih belum dimiliki, juga harta tiada, kita masih memiliki satu pintu lagi dalam dunia ini. Yaitu menyampaikan jariyah lewat dakwah lisan dan lewat tulisan (aksara).
Demikianlah, seorang wanita muslimah pengemban dakwah mesti mengikat pemikirannya dengan tsaqofah Islam serta mengikuti perkembangan politik dalam dan luar negeri agar mampu memberikan solusi atas masalah umat yang terjadi, baik diminta atau tidak. Dakwah tetap harus berjalan. Inilah bukti kita semakin taat kepada Allah dalam kondisi pandemi. Bukan semakin menjauh dari-Nya karena membenci qodho Allah. Seorang muslimah pengemban dakwah harus tetap kuat dan istiqomah menyusuri jalan dakwah hingga jari-jari ini tak bisa menari lagi. Sebab hari ini milik kita, esok bukan milik kita lagi. Walahu a'lam bisshowaab.