Revolusi Akhlak = Revolusi Sistem
Oleh: Ratih Yusdar (Aktivis Muslimah)
Terlihat jelas begitu merindunya ummat muslim akan sosok seorang pemimpin yang berani dan tegas untuk dijadikan perisai ummat Islam, bangsa dan negara ini sehingga penyambutan kepulangan "Ulama Sang Cucu Nabi" ini pun membludak tumpah ruah, mulai dari bandara dan jalanan di Jakarta sampai ke rumah beliau. Bahkan inilah pertama kali dalam sejarah masyarakat sangat antusias dalam menyambut kepulangan sosok seorang "Ulama" bagi ummat Islam. Boleh dikatakan seorang pemimpin yang sangat diharapkan kiprahnya dalam memberantas kezholiman yang sedang terjadi di negeri ini.
Sekretaris Umum (Sekum) Front Pembela Islam (FPI) Munarman juga menilai bahwa sambutan umat yang begitu luar biasa terhadap kembalinya "Ulama Sang Cucu Nabi" ke tanah air merupakan representasi simbol kerinduan umat akan keadilan. “Saya kira ini bukan sekadar perasaan cinta secara personality, tapi ini adalah representasi simbol kerinduan umat akan keadilan,” (mediaumat.news, 15/11/2020).
Ummat semestinya sadar dan paham bahwa kezholiman bukan hanya hasil buruk individu atau rezim melainkan hasil dari sistem demokrasi yang rusak dan merusak. Kenapa demikian? Ya karena sistem demokrasi adalah sistem yang diciptakan oleh manusia yang sudah banyak terbukti memiliki banyak kecacatan sehingga sistem ini hanya untuk kepentingan golongan-golongan tertentu saja dibalik kedoknya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat yang pada kenyataannya rakyat semakin sekarat sedangkan konglomerat dan pejabat semakin kuat dan banyak mendapatkan nikmat.
Kedatangan "Beliau" ini diharapkan dapat membawa perubahan yang signifikan akan kebangkitan kaum muslim. Ummat merindukan keadilan dan berakhirnya kezholiman. Kaum muslim membutuhkan pemimpin yang bersandar pada hukum syariat dan berani melawan kezholiman. Kaum muslim merindukan Daulah Khilafah yang dapat melahirkan para pemimpin serta kebijakan adil yang akan menyelamatkan ummat dunia dan akhirat.
"Ulama Sang Cucu Nabi" pun mengatakan, ia akan mengadakan perubahan pola perjuangan apabila kezholiman tidak berhenti sedangkan ajakan perdamaian sudah digaungkan. Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) tersebut menjelaskan tahapan perubahan diawali dengan revolusi akhlak menjadi jihad fi sabilillah.
Revolusi akhlak merupakan cerminan dari tindakan Nabi Muhammad SAW. Revolusi jenis ini menawarkan dialog, perdamaian, dan rekonsiliasi kepada musuh. Perang adalah pilihan terakhir apabila tidak menemui titik temu. "Kalau mereka mau bicara revolusi berdasarkan ajaran nabi, ajaran Islam, Al-quran dan As-sunnah, tidak boleh menutup pintu dialog, menutup pintu perdamainan, menutup pintu rekonsiliasi," ujar "Ulama Sang Cucu Nabi" tersebut saat berceramah di acara Maulid Nabi Muhammad SAW sebagaimana dikutip dari Front TV (nasional.okezone.com, 15/11/2020).
Perlu digaris bawahi bahwa yang paling utama untuk memperbaiki tatanan kehidupan ini adalah dengan revolusi sistem yaitu kembali ke sistem Islam, kembali kepada aturan Allah sebagaimana bumi dan segala isinya ini adalah milik Allah. Jadi satu-satunya sistem yang bisa mengatasi semua problematika yang dihadapi ummat manusia adalah dengan sistem Islam bukan sistem demokrasi yang dibumbui dengan sistem kapitalisme. Sudah terbukti bahwa hampir separuh dunia pernah hidup dibawah naungan Daulah Khilafah dalam sistem Islam selama 1300 tahun lamanya.
Maka dari itu, sangatlah penting menyegarkan kembali ingatan kaum Muslim akan sejarah panjang masa Kekhilafahan Islam. Kaum muslim harus banyak belajar kembali agar paham sejarah masa kejayaan itu, sehingga tersadar akan kewajiban utama mereka memperjuangkan kembali tegaknya Kekhilafahan Islam.
Rasulullah saw. telah berwasiat kepada kaum Muslim agar jangan sampai mereka hidup tanpa memiliki khalifah (pemimpin). Sebagaimana sabda Rasulullah saw.: "Siapa saja yang mati dalam keadaan tidak ada baiat di atas pundaknya, maka ia mati dalam keadaan Jahiliah" (HR. Muslim).
Jadi, apabila tidak ada Khilafah karena berbagai alasan, maka aktivitas yang patut dilakukan kaum Muslim saat ini adalah belajar dan belajar sembari ikut dalam barisan dakwah untuk memperjuangkan segera ditegakkan Khilafah yang baru untuk melanjutkan estafet kepemimpinan pada masa berikutnya. Wallahu a'lam bishawab.