PEMUDA DEWASA INI
Fahmi Amin Harahap, S.Sos
Pemuda istilah yang sudah sering kali menggema di telinga. Sudah eksis sekali akhir-akhir ini. Khususnya di Indonesia. Kendati demikian, istilah Pemuda yang ditayangkan, tak sesuai dengan aturan-aturan Islam yang ada. Para pemuda menjadi incaran, para Pemudi menjadi buram. Problematika publik tengah merasakan susah pembahasan mengenai anak muda dewasa ini, atau istilahnya zaman now, semua media sosial baik cetak maupun elektronik seperti menertawakan suramnya masa depan mereka.
Melihat hal demikian, rasanya sangat ironis sekali peran pemuda dan pemudi merasa kehilangan sosok karakter yang sebenarnya. Kebobrokan moral yang terus menerus menggerogoti para remaja. Generasi muda menjadi salah, merasa ditelanjangi oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Bukannya malah memotivasi melainkan meracuni para penerus bangsa saat ini. Khususnya para pemuda dan pemudinya.
Sejatinya ini merupakan pengaruh budaya-budaya barat yang sengaja untuk membunuh perilaku para pemuda dan remaja Indonesia dewasa ini. Jadi sangat mungkin untuk menghancurkan pemuda Islam khususnya melalui pemuda dan remajanya. Mereka hanya perlu terus dibujuk supaya menyimpang dari aturan Islam yang ada.
Masa demi masa, tahun demi tahun, terus saja terjadi perubahan yang sangat signifikan. Dekadensi moral yang terjadi di kalangan pemuda Islam semakin mengkhawatirkan. Kesucian ajaran Islam yang dulu sangat disakralkan sekarang terkesan biasa saja. Ini menjadi tugas kita bersama untuk membangun kembali peradaban yang lebih baik, khususnya para pemuda dan pemudi Islam untuk menjadi lebih baik. Karena pemuda merupakan aset bangsa kita untuk meneruskan generasi selanjutnya atau yang akan datang. Bagaimana kalau seandainya peradaban saat ini berkiblat terhadap pemuda yang rusak yang menggambarkan tidak senonoh terhadap pemuda dan pemudi saat ini?
Tidak bisa dibayangkan apabila penerus seperti demikian menjadi penerus bangsa kita. Bisa hancur dunia ini, apabila hal tersebut bisa terjadi kalau tidak sesuai dengan aturan aturan Islam yang ada.
Coba kita renungkan sejarah abad terdahulu generasi muda Islam yang sangat luar biasa. Supaya menjadi teladan terbaik untuk semua umat Islam khususnya para pemuda dan Pemudi. Catatan-catatan sejarah, di mana Islam selalu mampu melahirkan generasi-generasi hebat dambaan umat, yang walaupun di usia belia telah mampu menorehkan sejarah emas, mengharumkan nama Islam, dan membuat Islam memenangkan peradaban. Merekalah yang dengan ribuan pemuda dan remaja lainnya memperjuangkan dan mendakwahkan Islam dengan dorongan iman, menghabiskan waktunya siang dan malam untuk kepentingan Islam, hingga kini kita tetap mampu mereguk manisnya iman dan damainya Islam saat ini.
Mari tengok kembali kisah Usamah bin Zaid yang diangkat oleh Rasulullah menjadi komandan pasukan kaum muslimin dalam penaklukan Syam padahal baru berusia 18 tahun. Atau kisah Imam Syafi’i yang telah hafal Alquran di usia 9 tahun, serta Ibnu Sina yang telah hafal Alquran di usia 5 tahun bahkan kemudian mampu menjadi bapak kedokteran dunia.
Tentu kita tidak akan lupa kisah heroik Muhammad Al Fatih sang penakluk Konstantinopel yang mampu menjadi sultan di usia muda 20 tahun. Juga, kisah Zaid bin Tsabit yang dengan gagah berani berjihad di usianya yang baru 13 tahun. Kemudian diperintahkan untuk menghimpun wahyu di usia 21 tahun. Itulah generasi muda militan Islam terdahulu yang gaungnya masih terdengar sampai dewasa ini.
Apakah tidak mungkin, jika kita menyamai prestasi gemilang yang telah mereka lakukan di masanya? Tentunya sangat mungkin untuk kita bisa menyamai mereka. Dengan cara berkomitmen dan berusaha, serta bersungguh-sungguh untuk menyamai mereka sebagai pemuda yang telah mengharumkan nama Islam di masanya. Apabila hal demikian bisa dicapai dan dilakukan khususnya di Indonesia menjadi sangat luar biasa untuk bisa mengharumkan bangsa Indonesia.
Kalau melihat masa pemuda Islam saat ini, tak jarang mengikuti kebiasaan seperti nongkrong di kafe pemburu wifi demi main game. Mau tidur, makan, kamar mandi, belanja selalu bawa HP. Ke mana-mana cari wi-fi dan colokan listrik. Suka selfie pakai tongsis. Lalu diedit pakai aplikasi kamera jahat. Kemudian diunggah di Instagram. Dan, seragam dikecilin pas badan. Itu sebagian generasi dewasa ini yang terus menelanjangi marwah bangsa dan agama.
Apa bedanya yang mengakunya pemuda dewasa ini dengan generasi pemuda Islam, hingga membuat ketimpangan yang sungguh nyata antara kepribadian kita dan kepribadian mereka para pejuang Islam. Bukankah kita juga telah dipuji pemilik kehidupan sebagai umat terbaik. Sebagaimana Allah SWT berfiman:”Kalian semua adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (QS Ali Imran 110).
Sudah seyogianya pemuda dan pemudi bisa melanjutkan perjuangan terdahulu, pemuda yang berkarakter, yang mampu memfilter tradisi yang menyimpang dari syariat Islam. Jangan mengikuti budaya westernisasi yang hanya merusak moral peradaban aset bangsa. Maka perdalamlah ilmu Islam! mengaji biar mengerti, biar bisa mawas diri. Sudah tidak masa pemuda hura-hura lagi, sudah waktunya yang muda semangat cari pahala. Berjuang menegakkan kebenaran. Kita tegakkan kebenaran di Indonesia. Buktikan pemuda dewasa ini bisa menjadi pejuang Islam yang tangguh, bisa mengembalikan kejayaan Islam. Karena, perjuangan adalah pergerakan, dan kemenangan Islam adalah harga mati bagi jiwa seorang pemuda, maka itu ayo bangkit pemuda Islam, jangan biarkan Islam ini runtuh gara-gara rusaknya kita, karena kita adalah penerus pemimpin masa depan.