BEKAL MENUJU BULAN RAMADHAN
Fahmi Amin Harahap
Dalam salah satu wejangannya, cucu Rasulullah; al-Hasan bin Ali radhiyallahu’anhuma pernah menyampaikan, “Barang siapa yang hari-harinya di dunia sama, maka dialah orang yang tertipu. Dan barang siapa yang esok harinya lebih jelek dari hari ini, maka dialah orang yang merugi.”
Jika nasehat di atas dikaitkan dengan bulan Ramadhan, maka orang yang beruntung adalah orang yang Ramadhannya tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu. Selalu ada peningkatan kualitas dan kuantitas dalam ibadahnya. Bukan sekedar siklus tahunan yang berlalu tanpa makna. Atau rutinitas tahunan yang tak bernilai apa-apa kecuali hanya baju baru di hari raya.
Butuh persiapan untuk bisa merasakan manisnya bulan suci tersebut. Bulan dimana masjid penuh sesak dengan jama’ah dan kotak infak penuh terisi uang rupiah. Bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh ummat Islam. Baik tua-muda, pria-wanita, maupun miskin-kaya.
Nabi saja; manusia yang paling mulia, sangat mendambakan akan datangnya bulan Ramadhan ini. Sudahkah kita meneladani beliau? Menantikan dengan penuh harap? Atau kita hanya biasa-biasa saja menyambut kedatangannya, sama seperti bulan-bulan sebelumnya? Tak ada yang istimewa kecuali tanggal muda?
1. Jangan Jadi Orang Gagal
Keuatamaan yang luar biasa di bulan kesembilan pada kalender Hijriah ini, tidak bisa diraih dengan usaha yang biasa-biasa. Sebab, hakikat bulan Ramadhan sesungguhnya terletak pada sejauh mana kita telah melakukan persiapan untuk menyambutnya. Sehingga pada momen tersebut, kita dapat memanfaatkannya dengan optimal. Persiapannya pun kurang tepat jika dilakukan pada awal bulan Ramadhan, karena jika itu yang kita lakukan, maka kita akan ketinggalan kereta pahala dengan hamba Allah lainnya. Terutama mereka yang telah mempersiapkan diri jauh sebelum datangnya bulan Ramadhan.
Sangat sayang jika bulan Ramadhan yang hanya 22 hari; datangnya juga hanya setahun sekali, harus kita potong waktunya seminggu menjadi hari hanya untuk persiapan atau penyesuaian diri yang seharusnya bisa kita lakukan jauh-jauh hari sebelumnya. Jika mau menilik kepada para pendahulu; ulama salaf, kita akan dapati kesungguhan mereka dalam mempersiapkan diri guna menyambut Ramadhan. Bahkan enam bulan sebelumnya, pipi mereka sering basah lantaran tangisan di tiap doa agar bisa bertemu bulan tersebut. Ditambah enam bulan berikutnya mereka selalu mengangkat tangan meminta agar puasa yang telah dikerjakan diterima oleh Allah Ta’ala.
Selain itu, dalam sebuah hadits juga diungkapkan, bahwa Rasulullah adalah orang yang paling banyak puasanya pada bulan Sya’ban. Pengkondisian fisik sudah dicontohkan oleh beliau sebelum datangnya bulan Ramadhan. Begitupula ruhiyah, sudah seyogyanya dilakukan sebelum bulan Ramadhan tiba. Puasa sunnah, tilawah Al-Qur’an, shalat malam dan ibadah lainnya kita perbanyak. Buku tentang fikih puasa juga ‘kudu’ menjadi bacaan wajib, agar kita mengetahui dalil dan fadhilah puasa yang akan kita lakukan, serta memperluas wawasan keilmuan kita.
2 Golongan yang Bertolak Belakang
Semua persiapan tersebut dilakukan agar kita bisa menjalani Ramadhan ini dengan ringan, bersemangat, dan bersungguh-sungguh. Selain itu, kita berharap agar bisa menjadi alumni teladan bulan Ramadhan, yang dapat membekas pada 11 bulan berikutnya, juga termasuk dalam golongan yang disebutkan oleh Nabi:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita juga memohon taufik kepada Allah, agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang bisa mengurangi atau bahkan menghanguskan semua pahala puasa. Golongan yang hanya mendapat lapar dan dahaga tapi tak peroleh pahala, seperti dalam sebuah hadits:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga (tidak mendapatkan pahala).” (HR. Ibnu Majah, Syaikh al-Albani berkata, “Hasan shahih.”). Akan termasuk golongan manakah kita? Hal itu tergantung taufik dari Allah Ta’ala dan usaha kita.
Kesimpulan :
Dari paparan diatas bahwa janganlah kita sia-siakan hari kita berlalu begitu saja, kita isi hari kita dengan memperbanyak ibadah-ibadah sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Manfaatkanlah liburan dirimu dirumah banyak-banyak beribadah, dan janganlah sia-siakan hidupmu. Karena Allah berfirman : “Hai orang-orang beriman bertakwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah setiap diri dari kita, kita perhatikan untuk hari esok”. (QS. Al-Hasyar : 18). Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa bertakwalah kita kepada Allah dan mempersiapkan bekal kita untuk hari esok. Jadi mari kita ajak diri kita memperbanyak bekal ibadah menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Dan semoga kita insy Allah 22 hari lagi Allah pertemukan kita pada Bulan suci Ramadhan. Aamiin