KH.Rohmat S Labib : Jangan Kembangkan Wacana Pemisahan Diri dari NKRI
Dakwahsumut.com, Medan - Seorang ulama di Indonesia meminta wacana pemisahan diri Provinsi Aceh dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dikembangkan dan tidak dilanjutkan. Kondisi itu dikhawatirkan dapat memicu pertumpahan darah di negeri ini.
KH. Rohmat S. Labib menyampaikan itu ketika menjawab pertanyaan seorang peserta Liqo Syawal 1440 Hijriah yang digelar Forum Komunikasi Aswaja Sumut Sabtu (22/6/19) di LJ Hotel, Jalan Perinstis Kemerdekaan, Medan.
Seorang peserta pertemuan sejumlah tokoh dan ulama di Kota Medan itu mempertanyakan perihal ancaman mantan pentolan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Muzakir Manaf alias Muallem yang mengatakan akan meminta opsi referendum sebagai bentuk protes kepada pemerintah atas ketidakadilan yang dirasakan sebagian kelompok masyarakat muslim di negeri ini.
Wacana itu muncul diduga kuat sebagai imbas dari pelaksanaan Pemilu 2019 yang diduga banyak terjadi kecurangan untuk memenangkan petahana. Sementara pemerintah dan aparat dinilai telah berpihak pada paslon tertentu.
“Jangan dikembangkan, itu bisa memicu pertumpahan darah diantara sesama anak negeri ini,” ucap Ustadz Labib, ulama asal Jakarta itu. Menurutnya, ketidakpuasan terhadap pemerintah tidak harus disikapi dengan cara memisahkan diri.
Dia mengatakan, jika pun pemisahan diri itu berhasil dan terjadi maka yang akan sangat diuntungkan dengan kondisi tersebut adalah negara-negara asing. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di negeri ini akan menjadi negara-negara kecil yang mudah ditaklukkan.
“Ketika negeri-negeri ini menjadi kecil, maka sudah pasti ketergantungan dengan negara-negara besar akan semakin tinggi. Ini adalah keinginan mereka (negara asing),” ucapnya.
Ustadz S Labib mencontohkan sejumlah peristiwa di jazirah Arab. Sejak masa Rasulullah hingga masa kekhalifahan terakhir, wilayah itu merupakan satu kesatuan negara yang besar sehingga saat itu Daulah Islam menjadi sebuan negara besar yang disegani di seluruh dunia.
Namun, paska keruntuhan Islam, jazirah Arab itu terbagi menjadi negara-negara kecil sehingga mudah diadu domba. Sejumlah negara di kawasan itu, kini justru saling bersaing dan ada yang saling bermusuhan.
Saat itulah, katanya, negeri-negeri kaum muslim mudah dijajah dan diintervensi oleh negara-negara asing penganut sistem kapitalis itu.
Masalah Utama di Jakarta
Ustadz S Labib dalam kesempatan berikutnya memastikan bahwa persoalan yang sedang terjadi di negeri ini tidak akan dapat diselesaikan hanya dengan pemisahan diri.
“Masalah sebenarnya adalah di Jakarta. Jadi bukan di Sumut atau di Aceh, tetapi di Jakarta,” ucapnya.
Persoalan utamanya, katanya, adalah karena pemerintah pusat di Jakarta tidak bersedia menjalankan pemerintahan ini dengan sistem syariah. Selama tidak diterapkannya sistem Islam, dia memastikan persoalan negeri ini tidak akan pernah tuntas.
Liqo syawal bertema “Satukan Langkah Dalam Mengokohkan Ukhuwah Islamiyah” itu diikuti setidaknya 400-an tokoh dan ulama di Sumatera Utara. Acara yang dikemas dalam bentuk diskusi sekaligus berhalal bi halal tersebut berlangsung mulai pukul 09.00 hingga 12.00 WIB. ()