Demokrasi Tak Bisa Disandingkan dengan Alquran
Dakwahsumut.com,Medan(17/3) - Seorang ulama muda di Medan menyebutkan bahwa demokrasi
sebagai sebuah sistem pemerintahan tidak bisa disandingkan dengan
syariat Islam.
"Demokrasi adalah ciptaan manusia. Ia penuh dengan kekurangan.
Sementara syariat Islam itu adalah ketentuan dari Allah Subhanahu
wata'ala," ucapnya saat memberikan tausiah pada acara tablig akbar
yang digagas Majelis Taqarrub Ilallah (MTI) pada Ahad (17/3/19) di
Masjid Al Amin, Medan.
Acara itu dihadiri sekira lebih dari seribu jamaah yang berasal dari
sejumlah wilayah di Kota Medan dan sekitarnya. Mengusung tema
"Meneladani Kepemimpinan Rasulullah SAW", acara tersebut juga
dilaksanakan sekaitan memuliakan bulan Rajab.
Demokasi, kata ulama itu menjadikan kehendak rakyat sebagai sebuah
kedaulatan penuh sehingga apapun yang diinginkan rakyat, maka negara
harus mengakomodir dan merealisasikannya.
Sistem pemerintahan yang diadopsi dari Barat itu juga telah memberikan
keleluasaan penuh kepada setiap individu dalam mengekspresikan
kebebasannya.
"Demokrasi membebaskan orang ngomong apa saja termasuk menghina
Rasulullah," ucapnya.
Ustadz Tommy juga menyebut sejumlah kebebasan lain yang dianut dalam
sistem demokrasi itu, antara lain kebebasan untuk tidak beragama,
kebebasan berpolitik dan kebebasan dalam mengurusi persoalan umat
lainnya.
Sementara menurut Syariat Islam, papar ulama muda itu bahwa kedaulatan
itu ada pada hukum syara'. Artinya, jika keinginan manusia itu
bertentangan dengan hukum yang ditetapkan oleh Allah Swt maka hal itu
wajib ditinggalkan.
Hukum potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi para pezina, menurut
Islam wajib dilaksanakan dan itu adalah cara terbaik yang dipilihkan
oleh Allah bagi manusia untuk mengatur kehidupannya.
Pada bagian lain, ustad Tommy Abdullah menyebut tentang pentingnya
seorang khalifah untuk mempersatukan umat Islam di seluruh dunia.
Saat ini, katanya kondisi umat Islam sangat memrihatinkan karena
terbelenggu dengan sekat-sekat wilayah negara, perbedaan mazhab,
perbedaan suku dan warna kulit.
Tommy juga mengingatkan para pembenci syariat Islam bahwa kekhalifahan
itu adalah janji Allah yang pasti datangnya. Sehingga seberapa
besarpun rekayasa dan upaya untuk menghadang kedatangannya, pasti
tidak berhasil.
"Ingat bahwa kalian para pembenci syariat Islam. Kalian juga pasti
akan mati dan akan mempertanggungjawabkan perbuatan," ucap ustadz itu
mengingatkan.
Sementara itu, Ustadz Abu Fajar dari Front Pembela Islam (FPI) Sumut
yang juga tampil sebagai pembicara pada tablig akbar itu mengatakan
khilafah adalah perisai yang akan membela membela umat.
Sejumlah kasus penganiayaan dan penzoliman terhadap kaum muslim,
termasuk yang terjadi di Selandia Baru, katanya, adalah ekses dari
ketiadaan khalifah di muka bumi ini.
"Khilafah akan bangkit," ucapnya disambut teriakan kalimat tauhid
"Allahuakbar" dari seribuan jamaah yang hadir di masjid tersebut.
Ustadz itu juga mengkritisi sikap pemerintah terhadap para ulama.
Pdahal, katanya, dahulu yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini
adalah umat Islam.
"Tetapi setelah kemerdekaan, mengapa justru umat Islam yang terus
tersisih," tanyanya.
Dia juga menyebut tentang belum dijadikannya syariat Islam sebagai
aturan paripurna bagi umat negeri ini karena banyak akidah atau tauhid
umat yang tergerus.
"Kerusakan kita karena ulama tidak meneladani Rasulullah. Mereka belum
menjadikan dunia sebagai ladang mendapatkan pahala untuk bekal akhirat," paparnya.
Ulama itu juga mengajak seluruh umat Islam menjadikan Al-Qur'an
sebagai pengatur seluruh aspek kehidupan. "Karena memang Allah lah
yang mengatur segalanya," ucapnya. ()