Menaati Syariat Dengan Sepenuh Hati



Oleh : Sherly Pratiwi (Jurnalis, Aktivis Muslimah)

Perempuan masa kini punya gaya tersendiri, khususnya generasi Z. Fun, food and fashion mempunyai daya pikat tersendiri yang terus berkembang dan masuk kedalam kehidupan perempuan saat ini. Belum lagi pesona Boyband dan K-Wavers yang ikut andil dalam memberikan pengaruh pada kawula muda saat ini. Semakin menarik dibahas karena pada pasalnya yang menjadi sasaran adalah wanita, pada 2011 Kementrian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan merilis data, terdapat 3,3 juta member fandom K-Pop di seluruh dunia dan 90% nya adalah wanita (hal 19, #pernah tenggelam).
Perempuan menjadi sorotan terutama dalam usia remaja dimana rasa keingintahuan dan ingin dianggap oleh orang lain memiliki porsi dalam pembentukan karakter mereka. Dari hal inilah timbul dorongan untuk mengikuti apa yang menjadi tren saat ini, ingin bergaul dan mengeksplor segala sesuatu yang menarik baginya, semua aktivitas tersebut berjalan di kalangan remaja khusunya remaja muslim yang seharusnya mengikuti standar aturan kehidupan dari Sang Penciptanya. Kesadaran ini mulai terkikis karena banyaknya pemikiran yang tidak sesuai dengan Islam yang masuk ke dalam pemikiran kaum muslim tanpa mereka sadari, sehingga jadilah mereka makhluk yang beridentitaskan Islam namun pemikiran di luar Islam. Fenomena pacaran, ikhtilat, membuka aurat, khalwat, dan zina mulai menjadi hal yang biasa dalam masyarakat terutama di kota-kota besar. Belum termasuk gempuran media, dan hiburan yang menghipnotis kawula muda sehingga tersibukkan dengan hal yang duniawi tanpa memperhatikan aspek apakah aktivitasnya sesuai atau tidak sebagai seorang muslim.
Perempuan dalam Islam dikenal sebagai tonggak peradaban karena dari rahimnya nanti akan datang penerus generasi, sehingga tidak berlebihan jika untuk merusak suatu bangsa maka yang jadi targetnya adalah perempuan, terutama dalam posisi labil atau masa pubertas. Muslimah yang tidak mengenal Islam akan mudah terseret arus modernisasi yang menjerumuskan mereka jauh dari nilai Islam, di kalangan intelektual pun pemikiran yang jauh dari nilai Islam juga bisa masuk ke dalam pemikiran kaum intelektual sehingga mereka tidak paham identitasnya sebagai seorang muslim dan standar kehidupan mereka juga akan jauh dari nilai-nilai Islam seperti materialisme, pluralisme, dan sekularisme.

Menjaga kemuliaan perempuan memiliki banyak tantangan, akan tetapi semua hal ini bisa diatasi jika mereka paham akan hakekatnya sebagai seorang muslimah di era saat ini. Perlu disadari bahwa diperlukan ilmu Islam sehingga ia bisa menentukan standar perbuatannya sebagai seorang muslimah dan juga bisa menyaring informasi yang tidak sesuai dengan Islam. Perlunya untuk memecahkan pertanyaan mendasar dalam kehidupan dengan menjawab tiga pertanyaan besar dalam kehidupan (darimana dia berasal, untuk apa dia disini, dan akan kemana setelah ia mati ) menjadi kunci dalam mencari identitas mereka sebagai seorang muslimah. Menanamkan motivasi untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala sebagai tujuan kehidupannya akan mengontrol perempuan terutama para generasi Z ini untuk memahami keberadaannya di dunia ini sehingga apa yang dia lakukan akan menjadi rahmat bagi yang lain ketika Islam menjadi kepribadiannya, namun hal ini hanya bisa dilakukan jika negara mampu mensuasanakan kehidupan Islam dalam kehidupan bernegara sehingga tidak hanya ketakwaan individu yang bisa terjaga, tetapi ketakwaan masyarakat dan negara juga ikut terjaga dan saling menguatkan satu sama lain. Wallahua'lambishawab.