UYGHUR MENYERUMU... WAHAI UMAT ISLAM DUNIA !
Oleh: Susanti Widhi Astuti, S.pd (Aktivis Muslimah Perbaungan)
Ironis dan sadis. Itulah kata yang tepat di sematkan untuk Pemerintah Cina hari ini kepada muslim uighur. Pemerintah Cina sudah tidak memiliki belas kasihan lagi kepada muslim Uighur.
Kian hari tindakan mereka sungguh kejam kepada muslim Uighur. Muslim Uighur dilarang mengucapkan kata-kata bernuansa Islam, dipaksa memakan daging babi dan lebih ironisnya lagi mereka dimasukkan kedalam kamp re-edukasi dengan alasan membasmi para ekstremisme dan di paksa mengucapkan sumpah setia kepada presiden Xi Jinping.
Sungguh kebengisan Pemerintah China tak berprikemanusiaan lagi terhadap umat Islam. Mereka tak ingin bahwa agama menjadi "candu" yang membuat orang-orang tergiur dengan agama. Begitulah sifat asli komunis yang anti dengan agama manapun. Dan ini pula yang digambarkan Allah di dalam al-qur'an : "Dan sampai kapanpun tidak akan pernah ridho' atas agamamu (islam) orang-orang yahudi dan nasrani sebelum kita mengikuti keinginannya…" (Q.S al-baqarah: 120).
Inilah bukti bahwa tidak ada lagi HAM untuk umat Islam. Selama ini HAM menjadi opini yang diagungkan oleh dunia barat dan negeri antek-anteknya. Namun hari ini HAM seolah tak berlaku bagi umat Islam yang ingin bebas menjalankan ibadahnya dengan mudah terutama muslim di wilayah Uighur.
Dunia hari ini seolah diam membisu bahkan tutup mata dengan kejadian luar biasa ini yaitu pembantaian luar biasa umat islam (genosida).
Bahkan Indonesia sendiri melalui wapres nya Jusuf Kalla mengatakan: "bahwa itu urusan internal negara China". Artinya kita tidak perlu ikut campur. Sungguh sangat disayangkan sikap pemerintah Indonesia yang tak mau bertindak atas kekejaman pemerintah China.
Semua ini akibat dari diterapkannya "nation state" yang membuat sekat-sekat antar umat Islam. Yang menjadikan urusan dalam negeri suatu bangsa tidak boleh dicampuri oleh Negara luar.
Ya, inilah kondisi umat Islam hari ini, terus mengalami penderitaan yang tak bertepi karena tidak adanya perisai yang melindungi mereka yaitu: Khilafah dan Khalifah yang membela mereka. "Sesungguhnya al- imam (Khalifah) adalah perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya." (HR.Bukhari, Muslim, Ahmad). Maka tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan muslim Uighur hari ini yang sedang teraniaya dan di bantai kecuali dengan Khilafah.
Sepanjang sejarah Khilafah tidak pernah negara Islam ini mendzolimi umat non-Islam yang berada di dalamnya ketika tunduk pada perjanjiannya, mereka kafiir dzimmi di lindungi dan di muliakan kehormatannya. Bahkan ketika memerangi umat atau negeri yang ingin dibebaskan sekalipun, Negara Khilafah tidak kejam menyakiti penduduk sipil, yang mereka hadapi hanya tentara yang menjadi lawan mereka saat berperang.
Dunia hari ini boleh menutup diri karena sistem yang berlaku adalah kapitalis, tapi sejarah telah membuktikan bagaimana Khalifah bertindak membela kehormatan manusia terutama wanita di masa Sultan Mu'tasim billah, beliau tidak tinggal diam ketika mendengar pengaduan wanita yang sedang di penjara di kota amuriyah karena kedzholiman Raja Heraclius saat itu.
Beliau (Khalifah) mengirim tentara yang begitu banyak sekitar 90.000 pasukan sehingga barisan para tentara itu begitu panjang yang kepalanya ada di kota Amuriyah dan ekor atau akhir barisan itu ada di Baghdad, dan kemudian kota Amuriyah pun di bakar karena kekejaman raja pada saat itu pada seorang wanita muslimah.
Begitulah ketika Khilafah ada. Sehingga tidak ada satupun hak manusia baik muslim maupun non muslim yang terdzholimi ketika hidup d bawah naungan Khilafah. Maka hanya dengan Khilafah pula hari ini muslim Uighur bisa diselamatkan dan dibela haknya serta bisa dilindungi.
Untuk memperjuangkan Khilafah maka jalan-jalan satu-satunya hanya mendakwahkan dan menyeru persatuan umat Islam dunia agar kita bisa membela saudara kita muslim Uighur serta dengan segera mewujudkan institusi Khilafah di muka bumi ini. Karena ini akan menjadi hujjah kita di hadapan allah kelak.
Wallahua'lambishawab.