Kalimat Tauhid di Dada Anak
Oleh : Ummu Sholeha (Aktivis Muslimah Medan)
Belum hilang rasa marah kaum muslimin hingga saat ini atas pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid pada Tanggal 22 Oktober 2018 kemarin yang dilakukan oleh oknum dari Banser yang bertepatan dengan hari Santri Nasional. Pembakaran bendera tersebut benar-benar memancing kemarahan mayoritas dari Muslim negeri ini. Kita melihat seluruh elemen masyarakat bergerak turun kejalan, menyampaikan protes dan tuntutan mereka. Walaupun pihak Banser menyatakan bahwa itu adalah bentuk memuliakan dan penjagaan namun hari ini umat tidaklah buta bisa membedakan mana memuliakan dan mana yang menghinakan penuh kebencian.
Dalam beberapa hari pasca pembakaran bendera tauhid tersebut dimana-mana kita melihat aksi turun kejalan, media cetak dan televisi terus menyorot serta yang lebih meramaikan adalah media sosial. Semua bergerak demi membela kemuliaan sebuah kalimat " Laa ilaha illallah" tak kenal tua ataupun muda, laki-laki ataupun perempuan semua mengecam aksi oknum Banser tersebut.
Sebegitulah pengaruh yang sangat luar biasa dari sebuah kalimat yang mampu menggerakkan setiap jiwa yang berpegang teguh padanya, yang tertanam begitu dalam di hatinya sehingga mampu menjadi patokan bagi pola pikir dan pola sikapnya.
Sungguh kita berharap kemarahan ini adalah kemarahan yang bersifat ideologis serta penuh kesadaran bahwa beginilah hidup apabila tanpa di terapkan hukum-hukum Allah SWT dimana orang-orang kafir dan munafik dengan mudah menghina. Jadi bukanlah marah yang tanpa menjadikan mereka bergerak untuk mencari tahu dari mana sumber permasalahan, bagaimana solusinya dan mereka siap memperjuangkannya.
Untuk memiliki kesadaran dalam tiap individu maka yang utama adalah dengan memperkokoh Aqidah dalam diri. Terlebih bagi orangtua telah digariskan padanya kewajiban untuk mendidik anak-anaknya serta generasi kaum muslimin dengan pemahaman Islam yang benar dan lurus.
Sebagaimana Rasulullah saw mengajarkan konsep pendidikan anak yang pertama kali adalah membuka kehidupan anak dengan kalimat "Laa ilaaha illallah". Ini artinya yang utama di perlukan adalah stimulasi naluri beragama yang berlandaskan Aqidah tauhid, Aqidah Islam. Telah diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi Muhammad saw bersabda :
"Bukakanlah untuk anak-anak kalian pertama kalinya dengan kalimat Laa ilaha illallah (tiada sesembahan yang hak kecuali Allah)."
Membuka kehidupan anak dengan kalimat tauhid berarti mendidik anak agar mengetahui hakekat kehidupan ini, memahami siapa sebenarnya hakekat dirinya, siapa yang menciptakannya, untuk apa dia diciptakan dan akan kemana setelah kematian. Ini adalah dasar-dasar yang apabila ini tertancap kuat dalam diri anak maka ini menjadi landasan utama ketika ia hendak menyelesaikan berbagai problematika dalam kehidupannya.
Landasan Aqidah yang tertanam kuat dan kokoh ini akan terus berkembang, mengiringi setiap proses yang di lalui anak-anak kita, membimbingnya melalui berbagai hambatan dan rintangan dalam hidupnya. Ya syakhsiyah Islamiyyah yang kokoh bermula dengan memahamkan akan kalimat tauhid.
Kita mengenang akan kepahlawanan seorang pemuda hebat nan cerdas yakni Mush'ab bin Umair dalam perang Uhud. Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu membawa bendera perang di medan Uhud. Lalu datang penunggang kuda dari pasukan musyrik yang bernama Ibnu Qumai-ah al-Laitsi (yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah), lalu ia menebas tangan kanan Mush’ab dan terputuslah tangan kanannya. Lalu Mush’ab membaca ayat: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (TQS. Ali Imran: 144).
Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai-ah datang kembali dan menebas tangan kirinya hingga terputus. Mush’ab mendekap bendera tersebut di dadanya sambal membaca ayat yang sama: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (TQS. Ali Imran: 144).
Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera tersebut. Setelah Mush’ab gugur, Rasulullah menyerahkan bendera pasukan kepada Ali bin Abi Thalib.
Sungguh Mush'ab bin Umair tidaklah akan melakukan hal tersebut kalau dia tidak memahami hakikat kehidupan ini, hakikat dirinya, hakikat penciptanya serta dimana dia akan kembali setelah berkesudahan semuanya.
Dari sini kita mengetahui bagaimana syakhsiyah orang-orang yang dengan penuh kebanggaan membakar bendera tauhid. Kita berharap agar anak-anak kita dan generasi kaum muslimin adalah orang-orang yang tertanam dalam dadanya Aqidah Tauhid, Aqidah Islam. Wallahua'lambishawab.