Momentum Tahun Baru Islam : Tokoh Sumut Diskusi Soal Umat dan Negeri Ini
Dakwahsumut.com, Medan, - Seratusan lebih tokoh lintas organisasi massa (ormas) Islam di
Sumatera Utara bersama Prof. Suteki dan Ustadz Ismail Yusanto menggelar
diskusi tentang kondisi umat Islam dan negeri ini di Hotel Garuda Citra
Medan, Selasa (11/9).
Prof.
Suteki, seorang guru besar pada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
mendapat kesempatan pertama. Ia secara gamblang mengatakan bahwa pada
rezim ini negara dijalankan dengan lebih mengedepankan kekuasaan dari
pada hukum.
"Saya ingin meluruskan hukum, jangan menjadikan
kekuasaan sebagai hukum," ucap akademisi itu di hadapan para peserta
acara temu tokoh yang digelar Majelis Kajian Islam Kaffah (MKIK) Kota
Medan. Kegiatan itu dilaksanakan dalam rangka menyambut Tahun baru
Islam 1440 Hijriah.
Sikap akademiknya itulah yang menyebabkan
dirinya harus kehilangan jabatan di Universitas Diponegoro, Semarang,
Jawa Tengah. Ia telah menjadi saksi ahli bagi Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI) saat melakukan gugatan penolakan pencabutan badan hukum secara non
prosedural oleh pemerintah.
"Perpu Ormas itu tidak beralasan,"
ucapnya. Dia mengatakan, Indonesia ini adlah negara hukum bukan negara
kekuasaan, apalagi negara ormas atau negara OKP.
Prof. Suteki
yang pakar di bidang Ilmu Sosiologi dan Filsafat Islam itu mengaku,
meski bukan bagian dari ormas HTI namun dirinya banyak bergaul dengan
orang-orang yang kerap mengusung ide syariah dan khilafah itu.
"HTI itu, orangnya lurus-lurus. Saya tahu karena banyak berinteraksi
dengan mereka," ucapnya. Ia juga mengaku kagum dengan
pemikiran-pemikiran yang diadopsi kelompok tersebut bahkan dirinya
mengakui pernah membaca sebagian dari kitab-kitab yang dipelajari HTI.
Sementara itu, Ustadz Ismail Yusanto yang tampil sebagai pembicara
kedua mengatakan dirinya pernah menantang pihak-pihak tertentu untuk
menunjukkan satu bukti saja tentang kesalahan yang dilakukan HTI
sehingga pantas untuk dibubarkan.
"Alhamdulillah, sampai hari belum ada yang mengatakan kepada saya tentang kesalahan hizbut tahrir," ucapnya.
Ismail Yusanto yang selama ini dikenal sebagai juru bicara HTI juga
mengatakan, tudingan bahwa ormas tersebut bertentangan dengan Pancasila
juga tidak pernah bisa dibuktikan.
"Apakah yang disebut
Pancasilais itu ketika korupsi? Apakah yang disebut Pancasilais ketika
melakukan persekusi, melakukan penyerangan? Apakah dikatakan Pancasilais
ketika menjual aset-aset negara?" tanyanya.
Dia memastikan
justru hizbut tahrir lah yang menolak lepasanya Timor Timur dari
Indonesia, menolak pengelolaan kekayaan alam negeri ini dilakukan oleh
para kapitalis asing dan aseng serta menolak penjualan aset-aset negara.
HTI dalam aktifitasnya juga tidak pernah melakukan tindakan kekerasan, apalagi melakukan persekusi terhadap kelompok lain. []mn