MENYEMAI AKHLAQ MULIA PADA ANAK
Oleh : Ummu Soleha (Pemerhati Anak dan Keluarga)
Setiap orangtua pastilah sangat menginginkan dan mendambakan anaknya memiliki akhlaq yang mulia. Anak yang berakhlaq mulia sungguhlah sangat menyejukkan pandangan orang tua, menenangkan hati orang tua karena sudah barang tentulah anak-anak dengan akhlaq yang baik ini adalah anak-anak yang biasanya tidak akan membuat banyak permasalahan, kericuhan atau lain sebagainya. Karena begitu menonjolnya akhlaq ini dalam tingkah laku anak, maka sering kali orang tua akan membanding-bandingkan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, anak si A dengan anak si B dan begitu seterusnya.
Namun terkadang karena keinginan mewujudkan akhlaq mulia pada anak justru orang tua banyak yang melupakan esensi utama dari point akhlaq yakni akhlak wajib di bentuk dengan dasar aqidah yang kokoh, sehingga akhlak tak hanya sekedar gambaran tentang baiknya moral tetapi juga bagian dari syariat Islam serta bagian dari ketaatan kepada Allah SWT.
Islam mengajarkan anak-anak bagaimana berakhlaq sesuai dengan syariat Islam hingga kita sebagai orang tua sungguhlah tak akan “silau” ketika kita melihat akhlak anak yang hanya sekedar norma yang ditampilkan dan di kemas oleh peradaban , negara, dan budaya selain dari Islam. Hari ini kita melihat tawaran akan terdidiknya anak dengan akhlak begitu gencar dilakukan namun itu hanyalah akhlak yang sekedar moral yang akan bermuara pada kemanfaatan peradaban asing belaka dimana tujuan akhirnya adalah materi.
Islam adalah tatanan kehidupan yang sempurna dan paripurna yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan dirinya sendiri. Dan akhlak merupakan hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan pengaturannya tentulah sudah diatur dalam Islam. Setiap yang mengaku mislim tentulah pengaturan akhlaknya harus bersumber dari Islam, kalau tidak bersumber dari Islam maka sungguh hal tersebut hanya sekedar moral saja yang tak akan jauh berbeda dengan yang diajarkan agama, peradaban dan budaya di luar Islam. Setiap orang tua yang menginginkan hadirnya anak dengan hiasan akhlak mulia maka haruslah menempuh jalan yang benar, yakni jalan akidah Islam.
Karena wajibnya seorang muslim termasuk juga anak-anak memiliki akhlak yang mulia yang pertama harus kita ketahui terlebih dahulu adalah defenisi dari akhlak itu sendiri menurut Islam. Dengan mengetahui defenisi yang benar maka kita kan bisa mendudukkan pemikiran terkait hal tersebut. Lalu apa yang dimaksud dengan akhlak mulia (baik) atau husn al-khulq ?
Di dalam tafsirnya, Abdullah ibn al-Mubarak, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, menyebut husn al-khulq sebagai: selalu bermuka manis; biasa melakukan kebajikan, diantaranya dengan biasa memberikan nasihat kepada orang lain dengan kata-kata yang baik, ringan tangan (mudah membantu orang lain), jujur, dll; serta sanggup menahan diri dari sikap menyakiti orang lain baik lewat ucapan maupun tindakan. Dan yang perlu digaris bawahi oleh para orang tua bahwa Akhlaq harus dibangun diatas landasan aqidah.
Kenapa harus landasan Aqidah?
Setiap muslim termasuk anak-anak kita wajib menghiasi dirinya dengan akhlaq yang baik hanya atas pertimbangan bahwa Akhlaq tersebut merupakan bagian dari perintah dan larangan Allah bukan lainnya. Dengan demikian anak akan berbuat jujur, karena Allah memerintahkan untuk jujur bukan dilakukan untuk mewujudkan kemanfaatan materi seperti agar dapat banyak teman, mendapat imbalan atau lain sebagainya.
Perkara inilah yang bisa membedakan kejujuran seorang anak muslim dengan yang lainnya. Karena kejujuran seorang anak muslim semata2 karena perintah Allah, kejujuran yang lainnya bisa jadi karena untuk memperoleh materi. Sungguh berbeda jauh antara kedua jenis kejujuran tersebut.
Cara Menanamkan Akhlaq dan Adab pada Buah Hati Kita
1. Tanamkanlah aqidah yang kokoh pada anak. Aqidah yang kokoh akan menanamkan keyakinan bahwa sebagai hamba Allah kita wajib tunduk dan patuh pada ketetapan-Nya. Hanya Allah Yang patut diimani dan ditaati. Allah lah Al-Kholiq dan al-Mudabbir. Dengan pendekatan ini, InsyaaAllah akan tertanam sikap keikhlasan dalam diri ananda untuk berlaku sopan dan menghiasi diri dengan akhlaq dan adab yang baik tersebut semata-mata lillah billah.
2. Tanamkan pemahaman bahwa akhlaq terpuji merupakan bagian dari syariat Allah, sehingga tertanam dalam diri anak, bahwa ketika anak menghiasi dirinya dengan akhlaq yang baik maka perilakunya berbuah pahala dan menjadi amal shalih baginya.
3. Ajarkanlah satu-satunya role model keteladanan, ialah keteladanan terhadap baginda Rasulullah. Bagaimana Baginda Rosulullah dalam memelihara akhlaq yang baik, contohkanlah juga keteladanan baginda Nabi. baik terhadap dirinya, dan kepada orang lain selalu berkata-kata baik dan lemah-lembut, amanah, tidak kasar, tidak menyela atau memotong pembicaraan orang lain, menghormati orangtua dan orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih kecil, mendahulukan yang lebih tua dan sebagainya, tidak menyakiti tetangga dll. Contoh-contoh diatas bagi para orangtua membutuhkan kemampuan berfikir tentang cara untuk menghadirkan nilai-nilai keteladanan dalam lingkaran interaksi keseharian kita dengan ananda diatas sunnah baginda Nabi.
4. Orang tuapun haruslah terdepan dalam memberikan keteladanan kepada ananda dan orang-orang terdekat. Upaya menanamkan akhlaq yang baik sejatinya dimulai dari kita sendiri selaku orang tua yang digugu dan ditiru dengan menjadi contoh yang baik bagi anaknya. Bila kita kerap bersikap tidak sopan (akhlaq buruk) terhadap anak atau orang lain, maka anak tidak akan pernah memahami nilai-nilai akhlaq dan adab, sebab ananda merupakan peniru ulung, yang akan meniru kebiasaan berbicara lingkungan sekitarnya.
5. Biasakanlah mengucapkan kalimat thayyibah. Dengan kebiasaan ini, ananda tidak punya kesempatan untuk mengatakan kata-kata kotor, tercela bahkan sia-sia.
6. Jauhkan anak dari lingkungan yang buruk. Oleh karena itu kita selaku orangtua, khususnya ibu, harus bisa mengarahkan dengan siapa sebaiknya anak bermain. Karena teman mencerminkan bagaimana pemahaman agama anak, sehingga jauhkan anak dari berteman dekat dengan anak-anak yang punya kebiasaan berperilaku buruk.
7. Bila anak berperilaku atau mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan syariat Allah, kitalah selaku orangtua berkewajiban menasihati anak dan berikan penjelasan dengan tepat, terutama bagi ananda yang sudah mulai fase pra baligh bahkan baligh. Ini penting untuk memunculkan sikap bersalah karena sudah melanggar syariat Allah (bermaksiat dihadapan Allah), yang harapannya kelak ananda tidak mengulanginya di lain waktu dan kesempatan.
8. Memberikan edukasi cerdas berupa aktifitas amar makruf nahi mungkar kepada tetangga tentu menjadi kewajiban bagi kita. Agar anak kita dalam masa bermain anak tetangga tidak meninngalkan jejak berupa akhlak yang buruk.
Semoga kita menjadi orang tua yang bijak dalam menilai dan mengarahkan akhlaq anak kita agar apa yang ada pada diri anak-anak kita semata-mata untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Kita juga tak perlu silau dengan akhlaq jika itu hanya sebatas moral. Teruslah berproses dengan mebina anak kiat serta anak-anak kaum muslimin dengan landasan aqidah, karena sungguh aqidah Islam telah cukup baginya. Wallahu'alam.