Medan Akan Lumpuh Tenggelam, Jika Pemko Tak Belajar Sejarah
Di Musim hujan seperti akhir akhir ini menjadikan kota Medan langganan banjir. bisa disebut kalau Banjir di kota Medan tidak lagi terkait dengan banjir siklus alami. tetapi banjir di Medan dipastikan terjadi setiap ada hujan. Hujan di hulu, sungai meluap. Hujan di hilir, kampung tergenang.
Tidak terhitung kerugian yang merundung masyarakat setiap ada banjir. Seperti tak ada solusi atau tak tau solusi, Pemerintah kota Medan akhirnya menuai kritikan dari berbagai kalangan. termasuk oleh Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S Sang Pemburu Arsip Yang Tangguh juga Asesor BAN-PT untuk Bidang Ilmu Sejarah dan Antropologi, yang menilai bahwa pemerintah kota Medan melupakan sejarah bagaimana Medan pernah dikelola dengan berstandartkan Eropa dalam pengelolaan banjir.
Menurut Ichwan Jika pemerintah tidak belajar sejarah bagaimana dahulu Belanda mempersiapan kota Medan agar tidak banjir maka Tinggal tunggu waktu seluruh kota lumpuh tenggelam jika pengelolaan banjirnya masih tambal sulam dan musiman. "Selama ini Pemko Medan mengatasi masalah banjir tanpa mau belajar dari masa lalu pengeloaan banjir di Medan" Sebut Ikhwan di akun nya, Selasa 13/9
Dia menambahkan jika Pemko Medan mempelajari dokumen bagaimana zaman Belanda dengan pakar dari Eropa, mengatur tata kota maka Medan tidak akan seperti Batavia (Jakarta) kini. Dan Medan kota anti banjir 200 tahun ke depan. Jalur jalur riol berbagai ukuran dan diberbagai kedalaman seperti lorong lorong rahasia dibangun di bawah tanah kota Medan.
Dahulu menurutnya pemilihan kota Medan (kini) yang bepindah dari labuhan deli sebagai inti kota salah satu pertimbangnnya adalah karena Labuhan deli tidak bisa jadi kota moderen karena rawan banjif. "didirikan sebagai kota anti banjir dan dipilihlah lokasi yang berdekatan dengan dua alur sungai (Sei Deli dan Sei Babura) yang bisa mengurai banjir dengan cepat. Para desainer awal kota Medan tidak mau mengulang Batavia yang evolusi kotanya selalu banjir sejak zaman J. Pieter J. Coon 1621." Tambanya.
Di bagian akhir pendapatnya dia menyarankan, Pemerintah Kota Medan dapat kiranya belajar dan melihat kembali jaringan jaringan anti banjir ketika Medan di desain sebagai kota moderen berkelas Eropa. dengan mempelajari riol MUDP 1980 an.
Namun dia fesimis, kalau Pemko Medan tak punya dokumen itu. "Jangankan 100 tahun lalu, peta riol raksasa MUDP (Medan Urban Developmen Projek) tahun 1980 an saja Pemko tak bisa tunjukkan. " sindirnya.
Sumber fb
Tidak terhitung kerugian yang merundung masyarakat setiap ada banjir. Seperti tak ada solusi atau tak tau solusi, Pemerintah kota Medan akhirnya menuai kritikan dari berbagai kalangan. termasuk oleh Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S Sang Pemburu Arsip Yang Tangguh juga Asesor BAN-PT untuk Bidang Ilmu Sejarah dan Antropologi, yang menilai bahwa pemerintah kota Medan melupakan sejarah bagaimana Medan pernah dikelola dengan berstandartkan Eropa dalam pengelolaan banjir.
Menurut Ichwan Jika pemerintah tidak belajar sejarah bagaimana dahulu Belanda mempersiapan kota Medan agar tidak banjir maka Tinggal tunggu waktu seluruh kota lumpuh tenggelam jika pengelolaan banjirnya masih tambal sulam dan musiman. "Selama ini Pemko Medan mengatasi masalah banjir tanpa mau belajar dari masa lalu pengeloaan banjir di Medan" Sebut Ikhwan di akun nya, Selasa 13/9
Dia menambahkan jika Pemko Medan mempelajari dokumen bagaimana zaman Belanda dengan pakar dari Eropa, mengatur tata kota maka Medan tidak akan seperti Batavia (Jakarta) kini. Dan Medan kota anti banjir 200 tahun ke depan. Jalur jalur riol berbagai ukuran dan diberbagai kedalaman seperti lorong lorong rahasia dibangun di bawah tanah kota Medan.
Dahulu menurutnya pemilihan kota Medan (kini) yang bepindah dari labuhan deli sebagai inti kota salah satu pertimbangnnya adalah karena Labuhan deli tidak bisa jadi kota moderen karena rawan banjif. "didirikan sebagai kota anti banjir dan dipilihlah lokasi yang berdekatan dengan dua alur sungai (Sei Deli dan Sei Babura) yang bisa mengurai banjir dengan cepat. Para desainer awal kota Medan tidak mau mengulang Batavia yang evolusi kotanya selalu banjir sejak zaman J. Pieter J. Coon 1621." Tambanya.
Di bagian akhir pendapatnya dia menyarankan, Pemerintah Kota Medan dapat kiranya belajar dan melihat kembali jaringan jaringan anti banjir ketika Medan di desain sebagai kota moderen berkelas Eropa. dengan mempelajari riol MUDP 1980 an.
Namun dia fesimis, kalau Pemko Medan tak punya dokumen itu. "Jangankan 100 tahun lalu, peta riol raksasa MUDP (Medan Urban Developmen Projek) tahun 1980 an saja Pemko tak bisa tunjukkan. " sindirnya.
Sumber fb