Ibu Jadi TKW, Anak di Buang Negara Abai
[caption id="attachment_3224" align="alignleft" width="300"] adi-bocah-malang[/caption]
Medan, Riska (24) mendadak terkejut. Persis di depan pintu rumahnya ada seorang bocah laki-laki terduduk lemah. Badannya terlihat sangat kurus dan parasnya begitu memelas dan nelangsa.
Ibu rumah tangga (IRT) warga Jalan Irian Barat, Dusun 20 Desa Sampali Percut Sei Tuan, Kabupaten Deiliserdang itu pun segera menghampiri bocah yang diperkirakan berusia 10 tahunan itu.
“Dia (bocah) itu mengaku sangat lapar. Saya langsung menggendongnya ke dalam rumah lalu segera memberinya makan,” tutur Riska menjelaskan kronologis penemuan bocah malang itu.
Ia menemukan bocah itu sekira pukul 6 pagi pada hari Kamis (2/6) lalu, ketika akan keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Riska mengaku sangat terkejut saat ada seorang bocah dengan mengenakan kemeja dan jaket serta celana jeans berada persis di depan pintu rumahnya dalam kodisi memprihatinkan.
Usai memberi makan bocah itu lalu memandikannya dan mengganti pakian bocah itu karena sudah menebarkan bau tak sedap, Riska bersama keluarganya bergegas melaporkan perihal itu kepada Kepala Dusun setempat.
“Kadus meneruskannya ke polisi. Tak lama kemudian Kadus dan warga yang lain datang ke rumah kami serta menanyai Adi. Namun Adi ketakutan melihat pria, dan ia tetap memelukku,” kata ibu dua orang anak ini.
Kadus dan warga yang berdatangan pun sangat iba dengan kondisi yang dialami bocah malang itu. Fisiknya terlihat sangat lemah. Yang tersisa hanya tulang berbalut kulit sehingga sangat jelas terlihat motif tulang rusuk dan benjolan-benjolan tulang lainnya di sekitar tubuh bocah yang mengaku bernama Adi itu.
Mereka yang berdatangan pun akhirnya menyarankan agar Adi, si bocah malang itu dibawa ke Puskesmas untuk segera mendapatkan perawatan yang memadai. Riska dibantu tetangga segera menggendong Adi ke Puskesmas terdekat.
Tenaga medis di Puskesmas Pembantu Sampali di Jalan Pasar Hitam Dusun XI Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan segera memberikan makanan dan minuman. Lagi-lagi Adi melahapnya dengan semangat dan nyaris tidak menyisakannya. Bocah itu seakan sejak lama menahan lapar, sehingga begitu ada makanan dia tidak segan-segan untuk terus memenuhi perutnya.
Sesaat kemudian, Riska berinisitif menanyai bocah itu. Dengan pelan-pelan dan hati-hati, Riska menanyakan mengapa Adi bisa sampai dan berada persis di depan pintu rumahnya. Jawaban Adi membuat bulu kuduk Riska berdiri. Betapa tidak, bocah kerempeng itu mengaku selama ini mendapat penyiksaan dan penyekapan dari om (paman)-nya sendiri.
“Adi mengaku selama ini disekap di dalam kamar tanpa diberi makanan sama sekali dan kerap dianiaya,” kata Riska menyampaikan pengakuan bocah malang itu.
Pamannya, kata Riska melanjutkan pengakuan Adi, sering menyundutkan api rokok ke tangan dan kakinya serta memukuli kepalanya. Bekas luka akibat penyiksaan itu, kata ibu rumah tangga itu memang masih terlihat jelas tandanya.
Om-nya yang bernama Koko itulah yang membawa Adi ke Desa Sampali ini. Riska juga menyebutkan bocah malang itu mengaku selama ini tinggal di kawasan Kota Medan bersama dengan pamannya itu. Sementara ibu dari bocah malang itu yang bernama Evi kini tinggal di Malaysia sedangkan ayahnya yang bernama Ucok masih ada di kawasan Kota Medan.
“Tadi pagi, katanya yang mengantar dia di depan rumah saya Om-nya sendiri, Koko yang telah menganiaya dia,” ucap Riska.
B br Situmorang, seorang bidan/tenaga medis di Puskesmas itu menjelaskan jika kondisi bocah ketika dibawa ke Puskesmas, awalnya tak mampu berjalan bahkan berdiri. Setelah diberi makan, minum teh manis dan roti, kondisi bocah itu mulai membaik.
Meski kondisinya sedikit membaik, tetapi Bidan Puskesmas itu merekomendasikan agar bocah malang itu segera mendapatkan perawatan lanjutan dari rumah sakit yang lebih besar agar proses penyembuhan dan pemulihannya lebih intensif.
“Adi mengalami gizi yang sangat buruk dan berat badannya hanya 10-14 Kg. Sepertinya sangat trauma dan ketakutan,” kata tenaga medis itu.
Namun dia menyayangkan hingga pukul 3 sore, aparat pemerintahan desa tidak juga segera membawa bocah itu ke rumah sakit. “Saya bingung, padahal tadi Kades sudah datang dan saya mengatakan bocah itu harus dibawa ke rumah sakit yang lebih besar supaya mendapat perawatan intensif,” ucapnya.
Kondisi kesehatan bocah malang yang menjadi pasien di Puskesmas itu semakin menunjukkan penurunan. Adi mulai muntah-muntah. Dia merasakan dadanya sesak dan perutnya sakit. Wajah nelangsa anak itu semakin terlihat pucat. Riska, orang pertama yang menemukan bocah malang ini menangis histeris melihat kondisi Adi.
Bersamaan itu, aparat kepolisian dari Polisi Sektor (Polsek) Percut Sei Tuan yang sebelumnya telah mendapat informasi tentang keberadaan bocah itu tiba di Puskesmas tersebut. Petugas segera membopong bocah itu ker Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, Medan untuk mendapatkan perawatan intensif.
Kepala Desa Sampali, Sri Astuti alias Butet mengatakan, belum segera dibawanya Adi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lanjutan karena pihaknya sedang menunggu petunjuk dari pihak Dinas Sosial.
“Kami tadi menunggu Dinsos. Setelah ada petunjuk dari mereka, baru akan kita lakukan (rujukan ke rumah sakit). Sekarang petugas Dinsos sudah di jalan dan bentar lagi akan sampai,” ucap Kades itu sesaat sebelum aparat kepolisian membawa Adi ke rumah sakit.
Sri Astuti kepada wartawan mengakui penyebab lambannya penanganan bocah malang itu untuk dirujuk ke RS karena kurangnya kordinasi. Namun dia menampik jika pihak desa lamban dalam mengambil langkah-langkah penanganannya.
“Setelah sudah dibawa ke kantor desa, anak tersebut sudah kita tangani semua, diantaranya diberi makan, dimandikan dan ganti baju. Setelah itu kami serahkan ke Puskesmas, lalu dilapor ke polisi dan diteruskan ke Dinsos,” ucapnya.
Tak lama, aparatur dari Dinas Sosial tiba di Puskesmas tersebut. Parlagutan Nasution didampingi beberapa aparatur lainnya kepada wartawan mengatakan pihaknya sudah mendapatkan informasi tentang bocah malang bernama Adi itu sejak pagi hari.
“Kades mengatakan kepada saya jika kondisi bocah tersebut dalam keadaan sakit. Saya kemudian mengarahkan supaya anak tersebut dibawa ke rumah sakit untuk di-obatkan dulu, dan kemudian kita akan mengambil alih serta akan membawanya ke panti asuhan. Itu sudah kita informasikan ke Kades,” paparnya.
Ternyata, kata Parlagutan, pihaknya sangat terkejut karena ketika pihaknya mengkonfirmasikan perihal itu ke pihak puskesmas, faktanya anak tersebut baru sore hari dibawa ke rumah sakit.
Aparatur pemerintah itu mengakui pihaknya hingga sore ini memang belum berjumpa dengan bocah malang yang ditemukan oleh seorang ibu rumah tangga. Ketika mendapat laporan pada pagi hari, pihaknya belum segera melakukan penanganan karena alasan saat itu sedang melakukan rapat.
“Jadi kita belum bertemu. Untuk sementara ini nanti kita coba untuk ke rumah RS Bhayangkara Medan guna menindak lanjutinya. Setelah itu kita serahkan ke panti asuhan sementara, sebelum mendapatkan orang tuanya. Itulah tindakan kita dari Dinas Sosial,” ucapnya. (MimbarUmum.com)
Medan, Riska (24) mendadak terkejut. Persis di depan pintu rumahnya ada seorang bocah laki-laki terduduk lemah. Badannya terlihat sangat kurus dan parasnya begitu memelas dan nelangsa.
Ibu rumah tangga (IRT) warga Jalan Irian Barat, Dusun 20 Desa Sampali Percut Sei Tuan, Kabupaten Deiliserdang itu pun segera menghampiri bocah yang diperkirakan berusia 10 tahunan itu.
“Dia (bocah) itu mengaku sangat lapar. Saya langsung menggendongnya ke dalam rumah lalu segera memberinya makan,” tutur Riska menjelaskan kronologis penemuan bocah malang itu.
Ia menemukan bocah itu sekira pukul 6 pagi pada hari Kamis (2/6) lalu, ketika akan keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Riska mengaku sangat terkejut saat ada seorang bocah dengan mengenakan kemeja dan jaket serta celana jeans berada persis di depan pintu rumahnya dalam kodisi memprihatinkan.
Usai memberi makan bocah itu lalu memandikannya dan mengganti pakian bocah itu karena sudah menebarkan bau tak sedap, Riska bersama keluarganya bergegas melaporkan perihal itu kepada Kepala Dusun setempat.
“Kadus meneruskannya ke polisi. Tak lama kemudian Kadus dan warga yang lain datang ke rumah kami serta menanyai Adi. Namun Adi ketakutan melihat pria, dan ia tetap memelukku,” kata ibu dua orang anak ini.
Kadus dan warga yang berdatangan pun sangat iba dengan kondisi yang dialami bocah malang itu. Fisiknya terlihat sangat lemah. Yang tersisa hanya tulang berbalut kulit sehingga sangat jelas terlihat motif tulang rusuk dan benjolan-benjolan tulang lainnya di sekitar tubuh bocah yang mengaku bernama Adi itu.
Mereka yang berdatangan pun akhirnya menyarankan agar Adi, si bocah malang itu dibawa ke Puskesmas untuk segera mendapatkan perawatan yang memadai. Riska dibantu tetangga segera menggendong Adi ke Puskesmas terdekat.
Tenaga medis di Puskesmas Pembantu Sampali di Jalan Pasar Hitam Dusun XI Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan segera memberikan makanan dan minuman. Lagi-lagi Adi melahapnya dengan semangat dan nyaris tidak menyisakannya. Bocah itu seakan sejak lama menahan lapar, sehingga begitu ada makanan dia tidak segan-segan untuk terus memenuhi perutnya.
Sesaat kemudian, Riska berinisitif menanyai bocah itu. Dengan pelan-pelan dan hati-hati, Riska menanyakan mengapa Adi bisa sampai dan berada persis di depan pintu rumahnya. Jawaban Adi membuat bulu kuduk Riska berdiri. Betapa tidak, bocah kerempeng itu mengaku selama ini mendapat penyiksaan dan penyekapan dari om (paman)-nya sendiri.
“Adi mengaku selama ini disekap di dalam kamar tanpa diberi makanan sama sekali dan kerap dianiaya,” kata Riska menyampaikan pengakuan bocah malang itu.
Pamannya, kata Riska melanjutkan pengakuan Adi, sering menyundutkan api rokok ke tangan dan kakinya serta memukuli kepalanya. Bekas luka akibat penyiksaan itu, kata ibu rumah tangga itu memang masih terlihat jelas tandanya.
Om-nya yang bernama Koko itulah yang membawa Adi ke Desa Sampali ini. Riska juga menyebutkan bocah malang itu mengaku selama ini tinggal di kawasan Kota Medan bersama dengan pamannya itu. Sementara ibu dari bocah malang itu yang bernama Evi kini tinggal di Malaysia sedangkan ayahnya yang bernama Ucok masih ada di kawasan Kota Medan.
“Tadi pagi, katanya yang mengantar dia di depan rumah saya Om-nya sendiri, Koko yang telah menganiaya dia,” ucap Riska.
B br Situmorang, seorang bidan/tenaga medis di Puskesmas itu menjelaskan jika kondisi bocah ketika dibawa ke Puskesmas, awalnya tak mampu berjalan bahkan berdiri. Setelah diberi makan, minum teh manis dan roti, kondisi bocah itu mulai membaik.
Meski kondisinya sedikit membaik, tetapi Bidan Puskesmas itu merekomendasikan agar bocah malang itu segera mendapatkan perawatan lanjutan dari rumah sakit yang lebih besar agar proses penyembuhan dan pemulihannya lebih intensif.
“Adi mengalami gizi yang sangat buruk dan berat badannya hanya 10-14 Kg. Sepertinya sangat trauma dan ketakutan,” kata tenaga medis itu.
Namun dia menyayangkan hingga pukul 3 sore, aparat pemerintahan desa tidak juga segera membawa bocah itu ke rumah sakit. “Saya bingung, padahal tadi Kades sudah datang dan saya mengatakan bocah itu harus dibawa ke rumah sakit yang lebih besar supaya mendapat perawatan intensif,” ucapnya.
Kondisi kesehatan bocah malang yang menjadi pasien di Puskesmas itu semakin menunjukkan penurunan. Adi mulai muntah-muntah. Dia merasakan dadanya sesak dan perutnya sakit. Wajah nelangsa anak itu semakin terlihat pucat. Riska, orang pertama yang menemukan bocah malang ini menangis histeris melihat kondisi Adi.
Bersamaan itu, aparat kepolisian dari Polisi Sektor (Polsek) Percut Sei Tuan yang sebelumnya telah mendapat informasi tentang keberadaan bocah itu tiba di Puskesmas tersebut. Petugas segera membopong bocah itu ker Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, Medan untuk mendapatkan perawatan intensif.
Kepala Desa Sampali, Sri Astuti alias Butet mengatakan, belum segera dibawanya Adi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lanjutan karena pihaknya sedang menunggu petunjuk dari pihak Dinas Sosial.
“Kami tadi menunggu Dinsos. Setelah ada petunjuk dari mereka, baru akan kita lakukan (rujukan ke rumah sakit). Sekarang petugas Dinsos sudah di jalan dan bentar lagi akan sampai,” ucap Kades itu sesaat sebelum aparat kepolisian membawa Adi ke rumah sakit.
Sri Astuti kepada wartawan mengakui penyebab lambannya penanganan bocah malang itu untuk dirujuk ke RS karena kurangnya kordinasi. Namun dia menampik jika pihak desa lamban dalam mengambil langkah-langkah penanganannya.
“Setelah sudah dibawa ke kantor desa, anak tersebut sudah kita tangani semua, diantaranya diberi makan, dimandikan dan ganti baju. Setelah itu kami serahkan ke Puskesmas, lalu dilapor ke polisi dan diteruskan ke Dinsos,” ucapnya.
Tak lama, aparatur dari Dinas Sosial tiba di Puskesmas tersebut. Parlagutan Nasution didampingi beberapa aparatur lainnya kepada wartawan mengatakan pihaknya sudah mendapatkan informasi tentang bocah malang bernama Adi itu sejak pagi hari.
“Kades mengatakan kepada saya jika kondisi bocah tersebut dalam keadaan sakit. Saya kemudian mengarahkan supaya anak tersebut dibawa ke rumah sakit untuk di-obatkan dulu, dan kemudian kita akan mengambil alih serta akan membawanya ke panti asuhan. Itu sudah kita informasikan ke Kades,” paparnya.
Ternyata, kata Parlagutan, pihaknya sangat terkejut karena ketika pihaknya mengkonfirmasikan perihal itu ke pihak puskesmas, faktanya anak tersebut baru sore hari dibawa ke rumah sakit.
Aparatur pemerintah itu mengakui pihaknya hingga sore ini memang belum berjumpa dengan bocah malang yang ditemukan oleh seorang ibu rumah tangga. Ketika mendapat laporan pada pagi hari, pihaknya belum segera melakukan penanganan karena alasan saat itu sedang melakukan rapat.
“Jadi kita belum bertemu. Untuk sementara ini nanti kita coba untuk ke rumah RS Bhayangkara Medan guna menindak lanjutinya. Setelah itu kita serahkan ke panti asuhan sementara, sebelum mendapatkan orang tuanya. Itulah tindakan kita dari Dinas Sosial,” ucapnya. (MimbarUmum.com)