HIP Medan : Rakyat Indonesia dalam Perang Simbol (Ideologi)
Medan. Dialog seputar ideologi sangat sangat dalam dibahas dalam Halqah Islam dan Peradaban DPD I HTI Sumatera Utara (Sumut) Mingu, (19/6/2016) kali ini. Mulai dari persoalan butuhnya pendidikan politik yang utuh sampai pada mendudukkan Ideologi apa yang mengancam negeri ini.
Dihadapan ratusan pesarta yang memadati Amaliun Convention Hall, Dr.Wadjio MA, Pengamat Politik dari USU memaparkan kalau diskusi diskusi ideologi seperti ini harus dibangkitakan kembali. Khususnya untuk Umat Islam Indonesia. Agar umat Islam bisa memilah perbandingan ideologi itu. Karena menurutnya pemerintah sekarang banyak menyudutkan umat Islam dalam hal ini melalui kepemimpinannya. Sehingga diskusi seperti ini menjadi pembanding yang tepat. Apalagi sejarah mengatakan dulu umat Islam terdramatisir dengan istilah persatuan. Akhirnya harus menerima ideologi Pancasila seperti sekarang . "Kita di Indonesia hanya di ajarkan ideologi satu satunya adalah pancasila. Padahal yang muncul saat itu, ada banyak idelogi di Indonesia, termasuk di Islam" ungkapnya
Dia mencontohkan adanya Masyumi sebagai perwakilan umat Islam dahulu menjadi bukti kalau aspirasi umat Islam untuk ideologi Negara sebenarnya sudah ada sejak dulu.
Sementara itu, pembicara dari Hizbut tahrir, Basyuni Phd, Lajnah Intelektual DPD I HTI Sumut menjawab pertanyaan soal Khilafah yang mengancam Ideologi negeri ini. Ia mempersoalkan adanya wacana Khilafah dianggab sebagai ancaman. Dalam Perang ideologi seperti sekarang ini sebutan Khilafah sebagai sebuah ancaman menurutnya adalah penyesatan politik. Karena Khilafah itu bagian dari syariah islam. “Bagaimana mungkin Khilafah belum di terapkan di Indonesia kemudian di anggab sebagai ancaman? “ Tanya dia.
Kemudian katanya perang ideologi yang dikuasai Neo liberalisme saat ini memang memaksa umat Islam menerima doktrin monsternisasi Islam agar umat Islam menjadi ketakutan. “Semua ketakutan rakyat Indonesia yang didesain penguasa. Soal guru agama islam tidak boleh di di import (diambil) dari Al Azhar misalnya” jelasnya.
Neo liberalisme dan Neo imprealisme bukan hanya sekedar ancaman melainkan juga cengkraman. Dia memaparkan, ada 3 ciri Indonesia disebut dalam cengkraman Neo leberalisme. Pertama, kurangnya peran negera dalam perekonomian. Kedua, nagara menghilangkan subsidi, karena subsidi dianggab mereka adalah beban dari APBN. Ketiga, membelakangi hak hak istimewa dari BUMN sehingga BUMN itu sama dengan swasta. "menghilangkan hak istimewa BUMN adalah bentuk ancaman nyata, hal ini merembet pada semua bidang. Termasuk pendidikan dan Perbankkan. Jadi kita melihat ancaman sesungguhnya adalah adalah Neo Liberalisme" tambahnya.
Sementara itu Dr.Dedi Sahputra Pakar Komunikasi, menjelaskan bagaimana ideologi itu mendapat tempat di masyarakat. Caranya, adalah menguasai media mainstrem dan adanya agen egan ideologi itu. Walau dalam beberapa literatur komunikasi dia katakan kalau penguasaan media ada yang memandang penting dan tidak penting. Tapi semua itu harus diambil perannya oleh umat Islam untuk menyambut momentum kebangkitan.
Dalam pandangan Disiplin ilmu komunikasi tambah dedi, opini komunisme yang muncul saat ini adalah bagian dalam perang simbol. Dimana simbol itu refresentasi dari eksistensi. Jadi Komunisme itu ada secara eksistensi, tapi harus dilihat dari aspek efektifitas eksistensi itu. bahwa efektifitas dari eksistensi komunisme itu belum berlaku (nyata). Jadi dalam pandangannya ada gencaran opini ideologi lain yang sedang mencekram.
"sekarang kita sedang ada dalam perang simbol (ideologi). Hal itu tidak lahir konyong konyong. pasti dia lahir dari eksistensi yang ada. “ uangkapnya .
Harapnya di kesempatan akhir, kalau umat Islam harus ambil momentum kebangkitan ini. Dia mencontohkan dalam perang khandak saat umat Islam sedang dalam keadaan terjepit kemudian Rosulullah memunculkan semangat kepada para sahabat kala itu, soal janji Allah atas penaklukan roma dan persia. Itulah yang harus dilakukan umat Islam saat ini mencontoh semangat yang diberikan Rosulullah
Acara yang HIP tesebut selain pemaparan materi juga dilakukan diskusi Tanya jawab. Hadir Tokoh Alwasliyah dan KAHMI . Tak luput juga tokoh tokoh pendidikan, ulama dari Daerah Seperti Deli serdang, Binjai dan Kota Medan Sendiri. (bara)
[Best_Wordpress_Gallery id="7" gal_title="HIPMEdan"]
Dihadapan ratusan pesarta yang memadati Amaliun Convention Hall, Dr.Wadjio MA, Pengamat Politik dari USU memaparkan kalau diskusi diskusi ideologi seperti ini harus dibangkitakan kembali. Khususnya untuk Umat Islam Indonesia. Agar umat Islam bisa memilah perbandingan ideologi itu. Karena menurutnya pemerintah sekarang banyak menyudutkan umat Islam dalam hal ini melalui kepemimpinannya. Sehingga diskusi seperti ini menjadi pembanding yang tepat. Apalagi sejarah mengatakan dulu umat Islam terdramatisir dengan istilah persatuan. Akhirnya harus menerima ideologi Pancasila seperti sekarang . "Kita di Indonesia hanya di ajarkan ideologi satu satunya adalah pancasila. Padahal yang muncul saat itu, ada banyak idelogi di Indonesia, termasuk di Islam" ungkapnya
Dia mencontohkan adanya Masyumi sebagai perwakilan umat Islam dahulu menjadi bukti kalau aspirasi umat Islam untuk ideologi Negara sebenarnya sudah ada sejak dulu.
Sementara itu, pembicara dari Hizbut tahrir, Basyuni Phd, Lajnah Intelektual DPD I HTI Sumut menjawab pertanyaan soal Khilafah yang mengancam Ideologi negeri ini. Ia mempersoalkan adanya wacana Khilafah dianggab sebagai ancaman. Dalam Perang ideologi seperti sekarang ini sebutan Khilafah sebagai sebuah ancaman menurutnya adalah penyesatan politik. Karena Khilafah itu bagian dari syariah islam. “Bagaimana mungkin Khilafah belum di terapkan di Indonesia kemudian di anggab sebagai ancaman? “ Tanya dia.
Kemudian katanya perang ideologi yang dikuasai Neo liberalisme saat ini memang memaksa umat Islam menerima doktrin monsternisasi Islam agar umat Islam menjadi ketakutan. “Semua ketakutan rakyat Indonesia yang didesain penguasa. Soal guru agama islam tidak boleh di di import (diambil) dari Al Azhar misalnya” jelasnya.
Neo liberalisme dan Neo imprealisme bukan hanya sekedar ancaman melainkan juga cengkraman. Dia memaparkan, ada 3 ciri Indonesia disebut dalam cengkraman Neo leberalisme. Pertama, kurangnya peran negera dalam perekonomian. Kedua, nagara menghilangkan subsidi, karena subsidi dianggab mereka adalah beban dari APBN. Ketiga, membelakangi hak hak istimewa dari BUMN sehingga BUMN itu sama dengan swasta. "menghilangkan hak istimewa BUMN adalah bentuk ancaman nyata, hal ini merembet pada semua bidang. Termasuk pendidikan dan Perbankkan. Jadi kita melihat ancaman sesungguhnya adalah adalah Neo Liberalisme" tambahnya.
Sementara itu Dr.Dedi Sahputra Pakar Komunikasi, menjelaskan bagaimana ideologi itu mendapat tempat di masyarakat. Caranya, adalah menguasai media mainstrem dan adanya agen egan ideologi itu. Walau dalam beberapa literatur komunikasi dia katakan kalau penguasaan media ada yang memandang penting dan tidak penting. Tapi semua itu harus diambil perannya oleh umat Islam untuk menyambut momentum kebangkitan.
Dalam pandangan Disiplin ilmu komunikasi tambah dedi, opini komunisme yang muncul saat ini adalah bagian dalam perang simbol. Dimana simbol itu refresentasi dari eksistensi. Jadi Komunisme itu ada secara eksistensi, tapi harus dilihat dari aspek efektifitas eksistensi itu. bahwa efektifitas dari eksistensi komunisme itu belum berlaku (nyata). Jadi dalam pandangannya ada gencaran opini ideologi lain yang sedang mencekram.
"sekarang kita sedang ada dalam perang simbol (ideologi). Hal itu tidak lahir konyong konyong. pasti dia lahir dari eksistensi yang ada. “ uangkapnya .
Harapnya di kesempatan akhir, kalau umat Islam harus ambil momentum kebangkitan ini. Dia mencontohkan dalam perang khandak saat umat Islam sedang dalam keadaan terjepit kemudian Rosulullah memunculkan semangat kepada para sahabat kala itu, soal janji Allah atas penaklukan roma dan persia. Itulah yang harus dilakukan umat Islam saat ini mencontoh semangat yang diberikan Rosulullah
Acara yang HIP tesebut selain pemaparan materi juga dilakukan diskusi Tanya jawab. Hadir Tokoh Alwasliyah dan KAHMI . Tak luput juga tokoh tokoh pendidikan, ulama dari Daerah Seperti Deli serdang, Binjai dan Kota Medan Sendiri. (bara)
[Best_Wordpress_Gallery id="7" gal_title="HIPMEdan"]